Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persebaya 1987-88, Juara dengan Sepak Bola Gajah

Kompas.com - 26/03/2011, 08:29 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Pada kompetisi Perserikatan musim 1987-88, Persebaya Surabaya pernah punya skuad impian. Bintang nasional macam Subangkit, Yongki Kastanya, Budi Johanis, hinga bintang muda seperti Mustaqim bercokol di dalamnya. Tak heran kalau akhirnya mereka menjuarai Perserikatan pada musim tersebut. Sayang, aksi heroik itu harus ternoda dengan skandal "Sepak Bola Gajah".

Kala itu, Persebaya memang diunggulkan untuk juara. Selain punya materi berkelas, mereka juga punya faktor lain yang membuat mereka disegani, yaitu kekuatan mental.

"Saya melihat ini sebagai kunci keberhasilan kami," kenang mantan pilar pertahanan Persebaya, Subangkit.

Keberhasilan Persebaya juga tak lepas dari buah "kecerdikan" jajaran pengurus. Kecerdikan berbau kecurangan tersebut dilakukan menjelang akhir babak penyisihan Grup Timur.

Ketika itu, Persebaya membuat skenario untuk menyingkirkan PSIS Semarang. Minggu, 21 Februari 1988, tanpa diduga Persebaya kalah 0-12 dari Persipura Jayapura. Hasil yang jelas di luar nalar. Apalagi ketika itu "Bajul Ijo" tampil di Stadion Gelora 10 November. Insiden yang dikenal dengan sebutan "Sepak Bola Gajah" hingga kini masih terekam sebagai salah satu noda sepak bola nasional.

"Kekalahan itu bagian dari strategi tim untuk menghindari lawan kuat. Jadi, saya kira itu hal yang wajar," ujar Supangat, salah satu pengurus tim.

KOMPAK Selain menghindari PSIS, "dendam kesumat" juga jadi latar belakang Persebaya "mengalah" kepada Persipura. Tidak lolosnya PSIS menjadi pembalasan yang sempurna atas kekalahan 1-2 yang mereka alami dari "Mahesa Jenar" pada final Perserikatan musim sebelumnya. Keunggulan 1-0 lewat gol Budi Johanis dibalikkan oleh Ribut Waidi dan Syaiful Amri.

Agaknya, kekalahan dari PSIS ini menimbulkan trauma bagi Persebaya. Padahal, "Bajul Ijo", pada babak penyisihan Grup Timur, Persebaya dua kali menaklukkan PSIS di kandang (3-1) dan tandang (1-0).

Pengakuan atas kehebatan Persebaya pun muncul dari mantan pemain Persija Jakarta, Sucipto Suntoro (almarhum). "Sebagai tim mereka memang padu. Apalagi hampir semua pemain sudah lama bermain di bawah panji Persebaya," ungkapnya.

Di luar "Skandal Sepak Bola Gajah", secara permainan Persebaya memang layak juara. Permainan mereka paling stabil dan padu dibanding tim lain.

Uniknya, kunci keberhasilan Persebaya sangat sederhana. Duet pelatih Kusmanhadi dan Misbach tidak menerapkan strategi jelimet. Keduanya hanya menjalankan metode kepelatihan berdasarkan kekompakan tim. Hal tersebut makin afdol karena manajemen memiliki manajer seperti Agil Haji Ali yang piawai memotivasi tim.

"Pemain dan manajemen saling mendukung satu sama lain. Ini yang membuat kekompakan tim sangat terjaga. Pemain juga tidak perlu memikirkan soal penghasilan atau bonus," cerita Subangkit.

Kekompakan tim inilah yang menjadi benih dan mental "Bajul Ijo". Kekuatan mental tersebut kemudian direalisasikan menjadi sebuah trofi dengan mengalahkan Persija di partai final dengan skor 3-2. (Soccer)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Yordania di Piala Asia U23

Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Yordania di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
PSSI Terbuka untuk Emil Audero Bela Timnas Indonesia, Tanpa Paksaan

PSSI Terbuka untuk Emil Audero Bela Timnas Indonesia, Tanpa Paksaan

Internasional
Nagelsmann Perpanjang Kontrak Bersama Jerman hingga Piala Dunia 2026

Nagelsmann Perpanjang Kontrak Bersama Jerman hingga Piala Dunia 2026

Internasional
IBL 2024, Kesuksesan Prawira Bandung Lakukan Revans Atasi Bali United

IBL 2024, Kesuksesan Prawira Bandung Lakukan Revans Atasi Bali United

Sports
Man City vs Chelsea: Haaland Diragukan untuk Tampil di Semi Final

Man City vs Chelsea: Haaland Diragukan untuk Tampil di Semi Final

Liga Inggris
Hasil dan Klasemen Liga Italia: Lazio Berjaya, Juventus Seri, Inter Masih di Puncak

Hasil dan Klasemen Liga Italia: Lazio Berjaya, Juventus Seri, Inter Masih di Puncak

Liga Italia
Hasil Cagliari vs Juventus 2-2: Nyonya Tua Kebobolan Dua Gol dari Penalti

Hasil Cagliari vs Juventus 2-2: Nyonya Tua Kebobolan Dua Gol dari Penalti

Liga Italia
MU Umumkan Kedatangan Jason Wilcox, Kejar Standar Performa Tertinggi

MU Umumkan Kedatangan Jason Wilcox, Kejar Standar Performa Tertinggi

Liga Inggris
Timnas U23 Jepang dan Arab Saudi Lolos ke Babak Knockout

Timnas U23 Jepang dan Arab Saudi Lolos ke Babak Knockout

Internasional
Klub Liga Belanda Vitesse Diganjar Pengurangan 18 Poin, Degradasi Pertama Setelah 35 Tahun

Klub Liga Belanda Vitesse Diganjar Pengurangan 18 Poin, Degradasi Pertama Setelah 35 Tahun

Liga Lain
Jadwal Semifinal Piala FA: Man City Vs Chelsea, Coventry Vs Man United

Jadwal Semifinal Piala FA: Man City Vs Chelsea, Coventry Vs Man United

Sports
Persib Vs Persebaya, Munster Bicara Tantangan Finis di Posisi Terbaik

Persib Vs Persebaya, Munster Bicara Tantangan Finis di Posisi Terbaik

Liga Indonesia
Kata Pelatih Yordania Soal Timnas U23 Indonesia

Kata Pelatih Yordania Soal Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
LPDUK Kemenpora Ungkap Alasan Boyong Red Sparks ke Indonesia

LPDUK Kemenpora Ungkap Alasan Boyong Red Sparks ke Indonesia

Sports
Red Sparks Vs Indonesia All Star, Asa Lahirkan Penerus Megawati

Red Sparks Vs Indonesia All Star, Asa Lahirkan Penerus Megawati

Sports
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com