Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Cerita Jaya Sepak Bola Indonesia

Kompas.com - 19/05/2023, 16:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERSAMA bulu tangkis, sepak bola adalah olahraga yang membuat orang Indonesia sontak serempak bergelora, apalagi ketika nama negara turut dibawa serta.

Bedanya, Indonesia di cabang bulu tangkis sudah jamak merajai ajang-ajang dunia. Adapun sepak bola masih terseok-seok langkahnya, terutama untuk level U-22 ke atas, bahkan di level kawasan. Di tingkat dunia, sudahlah.

Di Asian Games, misalnya, capaian tertinggi tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia barulah dua medali perunggu. Asian Games merupakan hajatan kompetisi multisport di level Asia.

Untuk kawasan Asia Tenggara, prestasi tertinggi Indonesia pun baru enam kali menjadi runner up, satu kali menempati posisi ketiga, dan dua kali menjadi peringkat ketiga bersama negara lain di ajang AFF sejak keikutsertaan pada 1996.

Hanya di hajatan multisport di kawasan ini, SEA Games, rapornya agak lebih baik. Catatannya, capaian di SEA Games didapat pada rentang waktu lebih panjang dibanding AFF, dalam konteks sama-sama hajatan dua tahunan di kawasan yang sama.

Baca juga: Perjalanan Penantian 32 Tahun Medali Emas SEA Games untuk Timnas Indonesia

Di SEA Games, sepak bola tercatat tiga kali mempersembahkan medali emas bagi Indonesia. Sejak ikut serta pada SEA Games 1977, Indonesia juga tercatat lima kali menjadi runner up di cabang sepak bola.

Itu pun, butuh waktu 32 tahun untuk Timnas Indonesia merebut kembali medali emas SEA Games, yaitu pada 2023 dari terakhir sebelumnya pada 1991. Satu medali emas lagi dipersembahkan pada SEA Games 1987.

Menang telak 5:2 atas Thailand di laga final SEA Games 2023, Timnas Indonesia layak mendapat pujian. Terlebih lagi, kemenangan itu didapat dengan sejumlah drama yang cenderung merugikan Timnas Indonesia.

Baca juga: Kontingen SEA Games Lampaui Target Emas, Jokowi: Bonusnya Baru Dihitung

Meski demikian, capaian ini juga bukan berarti bintang terang telah datang bagi sepak bola Indonesia. Masih teramat banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, sejak dari kompetisi di dalam negeri.

Apa yang dicapai Timnas Indonesia di SEA Games 2023 merupakan hasil kerja panjang berjenjang, yang syukurlah kali ini menuai hasil hingga ke level Timnas U-22.

Mengapa? Karena sejatinya Indonesia masih tercatat punya prestasi ketika bicara Timnas U-16 dan U-19. Minimal, tarikan waktu mundur capaian prestasinya tak jauh-jauh amat dibanding Timnas U-22, Timnas U-23, ataupun timnas senior.

Baca juga: Kisah Afrisal, Pemain Timnas U-16, Ciptakan Gol Cantik Berkat Rutin Latihan Tendangan hingga 100 Kali

Terakhir, misalnya, Timnas U-16 dan Timnas U-19 Indonesia mempersembahkan gelar juara AFF sesuai masing-masing kelompok umur itu pada 2022.

Sejumlah nama pesepak bola Indonesia pernah pula dilirik pencari bakat dan berangkat ke klub papan atas dunia dari kompetisi di kelompok umur ini.

Masalahnya, mengapa prestasi sepak bola Indonesia lalu cenderung terhenti setelahnya? Bisa jadi, bukan sepak bola Indonesia dan atau atletnya yang tak layak jadi juara.

Barangkali, tragedi Stadion Kanjuruhan dan penanganan hukumnya bisa jadi bagian dari refleksi. Mengingat, banyak kompetisi lokal lebih terkenal perseteruan yang diwariskan dan kerusuhannya, dibanding capaian prestasi dan kelihaian permainan.

Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan: Dari Kronologi hingga Perkara Gas Air Mata

Kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-22 patut juga menjadi bagian lain lagi dari refleksi. Jangan-jangan, persoalan untuk menghadirkan cerita jaya sepak bola Indonesia di tataran dunia memang bukan soal teknik menggocek bola atau strategi di lapangan.

Mungkin Pak Erick Thohir yang masih kinyis-kinyis jadi komandan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) punya racikan solusi konkretnya? Percayalah, rakyat Indonesia sungguh-sungguh menanti cerita jaya sepak bola Indonesia.

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com