KOMPAS.com - Kritik keras diberikan kepada PSG yang tersingkir di babak 16 besar Liga Champions. PSG disebut lebih menyerupai kumpulan bintang rok ketimbang sebuah tim sepak bola.
PSG takluk 0-2 kala bertamu ke rumah Bayern Muenchen di Allianz Arena, Kamis (9/3/2023) dini hari WIB.
Gol-gol Eric Maxime Choupo-Moting (61’) dan Serge Gnabry (81’) memastikan laga Bayern vs PSG berakhir dengan skor 2-0.
Dengan demikian, PSG dipastikan tersingkir di 16 besar Liga Champions setelah pada leg pertama di kandang sendiri juga kalah 0-1 dari Bayern.
PSG seperti terus dihantui kutukan 16 besar, kendati dalam dua musim terakhir mereka diperkuat pemilik tujuh trofi Ballon d’Or, Lionel Messi.
Baca juga: Ketika Lionel Messi Selalu Mati Kutu Saat Hadapi Bayern...
Tercatat, dalam lima dari tujuh partisipasi terakhir di Liga Champions, langkah Paris Saint-Germain mentok di fase 16 besar.
“Bagaimana bisa kita bisa membangun proyek untuk juara Liga Champions dengan hanya punya sedikit kedalaman di bangku cadangan?” ujar eks bintang PSG, David Ginola, dikutip Le Parisien dari Canal+.
“Kita harus memenuhi tuntutan ini. Di sektor gelandang, PSG tidak maksimal, Vitinha tidak berada pada level terbaik, Messi juga tidak,” kata Ginola lagi.
“Anda harus membangun sebuah tim, bukan menambahkan talenta. PSG adalah yang terpenting, tak peduli siapa pemainnya,” tutur Ginola menambahkan
Pemikiran senada juga disampaikan mantan rekan Ginola di timnas Perancis, Bixente Lizarazu, dalam sebuah program di kanal France Info.
Baca juga: Hasil Bayern Vs PSG: Messi Hilang, Muenchen Singkirkan Les Parisiens
Menurut Lizarazu, Bayern dan PSG seperti kebalikan. Permainan kolektif menjadi senjata Bayern arahan Julian Nagelsmann untuk meredam duo Kylian Mbappe dan Lionel Messi.
Di lain sisi, PSG seperti bermain sendiri-sendiri.
“Bayern mengontrol busur dan panah dengan sangat bagus, yakni Messi dan Mbappe,” tutur Lizarazu, figur yang mengantar Perancis juara Piala Dunia 1998.
“Paris tidak bisa bereaksi sebab di belakang mereka, tidak ada sebuah tim yang mendukung.”
“Tim ini dibangun dengan sebuah ide tentang tim rock star, bukan tim sepak bola. Ini adalah pilihan, sebuah strategi, yang telah berbuah hasil untuk mendapatkan pengakuan internasional.”