KOMPAS.com - Sepak bola Indonesia kembali diwarnai dengan insiden yang menyebabkan pemain kolaps akibat benturan saat berlangsungnya pertandingan.
Insiden terbaru itu menimpa pemain Madura United, Ricki Ariansyah, saat dia tampil pada laga pekan ke-29 Liga 1 2022-2023 melawan PSIS Semarang di Stadion Jatidiri Semarang, Selasa (7/3/2023) sore.
Pada laga tersebut, ia mengalami benturan saat duel udara yang menyebabkannya jatuh terpelanting dengan kepala bagian belakang membentur lapangan.
Baca juga: APPI: Tim Liga 2 yang Promosi Bakal Diperas Tenaganya
Meskipun berhasil ditangani dengan baik namun pihak Madura United sempat melontarkan komplain terhadap petugas medis yang dianggap lambat.
Bahkan, petugas media sampai harus diteriaki pemain sebelum mengambil langkah lebih lanjut.
Ketua Divisi Medis APPI dr. Donny Kurniawan, Sp.KO (K) menerangkan peran petugas medis sangat krusial pada detik-detik pertama.
Karena itu ia berharap supaya tim medis lapangan juga punya kepekaan terhadap situasi di dalam lapangan. Sebab bisa menyangkut keselamatan jiwa pemain.
“Benturan kepala di sepak bola itu bisa menyebabkan concussion atau istilahnya gegar otak atau cedera kepala ringan atau sedang. Nah yg paling penting utama adalah kesiapan tim medis yang mampu mengenali tanda-tanda concussion itu,” ujar pria lulusan Spesialis Kedokteran Olahraga Universitas Indonesia itu kepada Kompas.com.
“Selain itu, juga perlu kesiapan tim medis venue seperti ambulance dan peralatan yang siap untuk proses transfer ke rumah sakit,” tambahnya.
Dalam kasus insiden benturan seperti pemain berusia 25 tahun tersebut, membutuhkan tindakan lebih lanjut. Kecepatan dalam mengambil tindakan menjadi kunci pertama dalam evakuasi.
Selain itu ,ia mengingatkan bahwa pertolongan pertama pada insiden berat juga tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Ada risiko membuat cedera atau luka semakin parah.
Untuk itu tim medis diharapkan menjadi orang tercepat dalam memberikan pertolongan.
“Pada dasarnya jika diketahui telah terjadi concussion sebaiknya memang langsung dilarikan di rumah sakit. Hati-hati dengan proses transfernya,” tegas dokter yang memiliki sertifikat Diploma Kedokteran Sepak bola FIFA.
“Ada protokol proses transfer dan hal penting ketika di dalam rumah sakit harus diobservasi dan dilakukan scan kepala untuk menyingkirkan bahaya yang didapatkan dari pemain itu,” sambungnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.