Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kenapa di Perancis Banyak Imigran

Kompas.com - 12/12/2022, 21:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

KOMPAS.com - Timnas Perancis dikenal sebagai kesebelasan yang terdiri dari beraneka ragam asal pemain, dan tak jarang dihuni keturunan imigran.

Dikutip dari The Athletic, di Piala Dunia 2022 contohnya, Les Bleus diperkuat oleh Kylian Mbappe yang ayahnya dari Kamerun dan ibunya asal Aljazair, Ousmane Dembeli hasil pernikahan pria Mali dan wanita Mauritania, bahkan Jules Kounde leluhurnya berasal dari Nigeria, Togo, dan Benin.

Data dari Institut National D'Etudes Demographiques menyebutkan, pada 2018 ada 6,5 juta imigran yang tinggal di Perancis. atau 9,7 persen dari total populasi negara sebanyak 67 juta jiwa.

Baca juga: Semifinal Piala Dunia 2022, Perancis Tim Paling Berpengalaman

Lantas, kenapa di Perancis banyak imigran dan bagaimana sejarah masuknya?

Sejarah kenapa Perancis banyak imigran

Kylian Mbappe saat merayakan kemenangan Perancis atas Inggris dalam laga perempat final Piala Dunia 2022 Inggris vs Perancis di Stadion Al Bayt, Al Khor, Doha, Qatar, 10 Desember 2022.AFP/JEWEL SAMAD Kylian Mbappe saat merayakan kemenangan Perancis atas Inggris dalam laga perempat final Piala Dunia 2022 Inggris vs Perancis di Stadion Al Bayt, Al Khor, Doha, Qatar, 10 Desember 2022.
Menurut Britannica, arus besar imigran ke Perancis dimulai sekitar tahun 1830 dan agak stabil sejak 1850.

Pada awal abad ke-20, Perancis memiliki reputasi sebagai negara Eropa yang paling terbuka bagi imigran, termasuk pengungsi politik.

Namun, reputasi ini berubah pada akhir abad ke-20 ketika penentangan meningkat untuk melanjutkan imigrasi dari Afrika.

Saat ini pun negara-negara Uni Eropa umumnya menjadi lebih menentang penerimaan orang yang meminta suaka politik.

Dulu, mayoritas imigrasi menyesuaikan kebutuhan ekonomi negara tujuan dan cenderung terkonsentrasi pada periode pertumbuhan ekonomi atau setelah perang yang membuat negara hancur.

Antara 1850-1914, sekitar 4,3 juta orang asing memasuki Perancis, dan antara Perang Dunia I dan II hampir tiga juta--enam persen dari populasi--datang sebagai imigran.

Hingga akhir Perang Dunia I, imigrasi bersifat bebas dan spontan. Sebagian besar imigran berasal dari negara tetangga seperti Italia, Spanyol, Belgia, dan Swiss, sehingga mereka dengan cepat berasimilasi bersama penduduk nasional.

Kemudian, banyaknya pemuda yang tewas dan kehancuran dari Perang Dunia I mendorong Pemerintah Perancis menarik lebih banyak sumber daya tenaga kerja asing.

Orang-orang Italia datang dalam jumlah terbesar (35 persen), diikuti Polandia (20 persen), Spanyol (15 persen), Belgia (10 persen), dan sejumlah kecil dari negara-negara Eropa tengah atau timur.

Baca juga: Semifinal Piala Dunia 2022: Perancis Beruntung, Waspada Lawan Maroko

Bendera Prancis dengan latar belakang Menara Eiffel di Paris.SHUTTERSTOCK/ CREATIVE LAB Bendera Prancis dengan latar belakang Menara Eiffel di Paris.
Dalam tahun-tahun ekspansi ekonomi setelah Perang Dunia II, ketika terjadi kekurangan tenaga kerja yang parah, imigrasi kembali mencapai tingkat yang tinggi. Dalam dua dekade pertama pascaperang, imigrasi menyumbang sekitar 40 persen pertumbuhan penduduk Perancis.

Meskipun tingkat imigrasi mendatar setelah 1974 dan secara alami menurun, para imigran tetap berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan penduduk.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com