KOMPAS.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan meninggalkan trauma mendalam untuk Keviana Naswa Ainurohma. Ia menjadi salah satu korban luka berat pada malam mencekam itu.
Ia cukup beruntung masih bisa selamat meskipun harus menjalani perawatan jangka panjang untuk memulihkan kondisinya.
Aremanita berusia 18 tahun tersebut mengaku cukup aktif datang ke stadion untuk mendukung tim berjuluk Singo Edan.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Pemerintah Punya Potensi Intervensi PSSI
Meskipun tidak selalu datang ke stadion, ia sering menyediakan waktu khusus di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) swasta di Kota Malang.
Karena itu ia sangat antusias menyaksikan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 yang bertajuk derbi Jawa Timur melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022).
“Iya, saya suka nonton tapi tidak sering, hanya beberapa pertandingan saja. Karena kemarin juga Derbi Jatim,” ujarnya berkisah kepada Kompas.com dan awak media yang berkunjung ke rumahnya, Selasa (11/10/2022) siang.
“Saya berangkat cuma berdua, tapi di stadion janjian sama banyak teman-teman,” imbuhnya.
Setibanya di stadion, Keviana Naswa Ainurohma dan teman-temannya masuk tribune selatan, tepatnya di Gate 14 untuk menikmati pertandingan.
Namun semua berubah saat pertandingan berakhir. Gambaran kepanikan yang terjadi masih sangat membekas di ingatannya.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Dugaan Laga Malam Diatur Sebuah Kekuatan dan Iklan
Ia masih ingat bagaimana tembakan pertama gas air mata yang sebenarnya cukup memaksa suporter yang turun ke lapangan untuk kembali ke tribune.
Namun kemudian asap gas air mata tersebut terbawa angin ke arah tribune selatan sehingga mulai menciptakan kepanikan
Situasi kemudian menjadi tidak terkendali saat tembakan berikutnya mengarah tepat ke arah tribune.
“Posisi gas cukup jauh dari saya tetapi waktu itu posisi saya lebih dekat di posisi gate 13,” ujar Aremanita asal Kota Malang tersebut.
“Jadi saya itu nontonnya di posisi 14 bawah, tapi waktu kejadian saya mau keluar di gate 14, terus ada teman saya yang minggir (jalan serong) akhirnya di dekat ke gate 13 itu. Lalu tiba-tiba asapnya itu terbawa angin mengenai kami.“
“Jadi waktu tembakan pertama saya masih melihat-lihat dulu sama teman teman, tapi kemudian kok tembakannya tambah banyak yang diarahkan ke tribune. Akhirnya kami semua panik,“ ujarnya mengenang.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Utusan FIFA Tiba di Indonesia, Dampingi Terus PSSI