KOMPAS.com – Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, Abdul Haris, memberikan kesaksian soal pintu keluar Stadion Kanjuruhan yang tertutup seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Abdul Haris, yang telah ditetapkan sebagai tersangka tragedi Kanjuruhan, bersama Security Officer Suko Sutrisno, mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi dari Security Officer bahwa pintu-pintu di Stadion Kanjuruhan sudah dibuka sebelum laga usai.
Bahkan, Abdul Haris sempat menyinggung soal rekaman CCTV stadion. Ia menilai ada oknum yang sengaja untuk menutup pintu.
Menurut Abdul Haris, CCTV itu nantinya bakal mengungkap siapa yang menutup pintu stadion.
Baca juga: Bobotoh Sambut The Jakmania di Bandung, Doakan Aremania di Tragedi Kanjuruhan
"Sesuai SOP semua pintu harus terbuka. Jika memang tertutup, mohon maaf, kalau ada, oknum yang menutup itu, ada CCTV," ujar Abdul Haris dilansir BolaSport dari Surya Malang.
"Semua ada di CCTV. Mulai jelang pertandingan, kickoff, hingga selesai, ada CCTV-nya," kata dia lagi.
"Di situ juga ada portir, ada PAM, ada dari kepolisian di setiap pintu. Saya ada di tengah. Jelasnya, laporan dari Pak Suko semua pintu sudah dibuka," kata dia.
Baca juga: 7 Hari di Stadion Kanjuruhan
Sementara itu, barang bukti CCTV sudah diamankan oleh pihak kepolisian. Pihak kuasa hukum Abdul Haris, yakni Sumardhan, mengaku belum melihat tayangan CCTV soal siapa yang menutup pintu stadion.
"Panpel sudah mengikuti prosedur. Semua pintu juga sudah dibuka saat Pak Abdul Haris mendapatkan laporan," ucap Sumardhan.
"Secara normatif sudah dipenuhi. Sementara itu, soal CCTV, kami baru mendampingi Pak Abdul Haris sejak Kamis malam kemarin, jadi CCTV belum dibuka dan dilihat,” kata dia.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Cerita Petugas Medis Berjuang di Tengah Keterbatasan
Sebelumnya, sejumlah pintu stadion, termasuk Gate 13, dilaporkan memang tertutup saat tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 silam.
Oleh karena itu, penonton kesulitan untuk keluar dari Stadion Kanjuruhan saat tengah berupaya menghindari tembakan gas air mata.
Kondisi itu diduga menjadi pemicu timbulnya korban jiwa. Sebab, penonton berdesak-desakkan saat mencari jalan keluar.
Peristiwa di tragedi Kanjuruhan itu tercatat menewaskan 131 orang, sedangkan ratusan lainnya menderita luka-luka.
(Sasongko Dwi Saputra)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.