KOMPAS.com - Lebih kurang 17 bulan lamanya kompetisi sepak bola profesional Indonesia mengalami hiatus karena pandemi virus corona.
Terhentinya kompetisi selama lebih dari setahun berdampak luas. Tidak hanya pada aspek prestasi olahraga, tetapi juga roda perekonomian masyarakat.
Pada Juni 2020, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menerbitkan sebuah riset yang menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat terhentinya kegiatan sepak bola dan kompetisi dalam negeri mencapai Rp 2,7 hingga 3 triliun.
Mengejawantahkan sepak bola sebagai industri, memang tidak cukup dengan hanya berbicara soal untung-rugi pendapatan klub atau sponsor.
Sebab, keberadaan sepak bola melalui medium kompetisi telah menimbulkan dampak yang besar bagi perekonomian bangsa.
Hal tersebut diamini oleh pengamat ekonomi dari Universitas Islam Bandung (Unisba), Edi Sukarmanto.
Baca juga: Matangkan Persiapan Akhir, Persib Agendakan Uji Tanding Akhir Pekan Ini
Menurutnya, banyak pelaku ekonomi formal dan informal yang menggantungkan nasib usahanya terhadap sepak bola.
Oleh karena itu, menurut Edi, menjadi sangat wajar bila terhentinya penyelenggaraan kompetisi sepak bola Indonesia turut menimbulkan efek kerugian ekonomi yang signifikan.
"Secara fungsi, sepak bola ini memang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian," kata Edi kepada Kompas.com, Selasa (24/8/2021).
"Terutama para pelaku ekonomi informal. Itu kan sangat terbantu dengan adanya kegiatan sepak bola. Tidak bisa dimungkiri, sepak bola kan sekarang sudah industri," sambung dia.
Kabar baiknya, sejak dihentikan pada Maret 2020, nasib penyelenggaraan kompetisi sepak bola Indonesia mulai menemui kepastian.
Pemerintah dan Kepolisian sudah memberikan lampu hijau diselenggarakannya Liga 1 2021 pada 27 Agustus mendatang.
Edi berpandangan, kembalinya kompetisi sepak bola nasional memang patut disyukuri.
Menurutnya, penyelenggaraan kompetisi, khususnya BRI Liga 1 2021 akan memunculkan semacam simbol atau euforia kebangkitan perekonomian bangsa yang babak belur karena dihantam pandemi Covid-19.
"Memunculkan banyak harapan. Dampak sosialnya juga lumayan bagus. Ya, ini untuk liga yang sekarang (musim ini) dalam kondisi keterbatasan. Menurut saya, minimal akan menimbulkan harapan," ucap Edi.
Baca juga: Liga 1 Kembali, Jangan Jadikan Sepak Bola Kambing Hitam…