Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah tentang Antun Pogacnik, Bapak Sepak Bola Modern Indonesia

Kompas.com - 22/12/2020, 19:20 WIB
Kontributor Bola, Septian Nugraha,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sepak bola Indonesia pernah berjaya di kancah internasional pada era 1950-an. Pada masa itu, timnas Indonesia berhasil menorehkan sejumlah pencapaian membanggakan, seperti menembus semifinal Asian Games 1954 Manila hingga meraih medali perunggu Asian Games 1958 Tokyo.

Tentunya, ada banyak tokoh yang berperan penting dan berkontribusi besar dalam masa keemasan sepak bola Indonesia kala itu. Salah satunya adalah Antun "Toni" Pogacnik.

Dalam bukunya yang berjudul Sepak Bola Indonesia, Kadir Jusuf, tak segan menganggap Pogacnik sebagai bapak sepak bola modern Indonesia. Tidak berlebihan, karena pada kenyataannya Pogaknik adalah orang pertama yang meletakkan dasar permainan sepak bola modern di Indonesia.

Pogacnik ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia pada Februari 1954. Dia datang dengan segudang pengalaman mumpuni. Saat masih aktif bermain, Pogacnik pernah membela timnas Yugoslavia dan Kroasia.

Baca juga: Sejarah Hari Ini, Timnas Indonesia Sabet Medali Emas SEA Games 1991

Karier kepelatihannya pun tak bisa dipandang remeh. Sebelum membesut timnas Indonesia, Pogacnik terlebih dahulu menangani Metalac Zagreb dan FK Partizan.

Memiliki reputasi dan pengalaman mumpuni di kancah sepak bola Eropa tak membuat Pogacnik pongah. Sebaliknya, dia dikenal sebagai sosok yang bersahaja. Dalam melatih, Pogacnik tak segan turun langsung ke lapangan untuk "mengajari" anak asuhnya memahami dasar-dasar permainan sepak bola.

Dalam pandangan Pogacnik, Indonesia memiliki banyak talenta pesepak bola luar biasa. Bahkan, Pogacnik pun terkesan dengan semangat dan etos kerja pesepak bola Indonesia. Sayangnya, kedua hal tersebut belum ditunjang dengan pemahaman yang baik soal teknik dasar permainan sepak bola.

Maka, tugas pertama Pogacnik saat menangani timnas Indonesia adalah melatih dan memberikan pemahaman kepada para pemainnya terkait teknik dasar permainan sepak bola. Hasilnya, Pogacnik mampu membentuk skuad yang dihuni pemain-pemain yang mumpuni bersaing di pentas internasional.

Baca juga: Musuh Terbesar Bagi Pesepak Bola di Mata Legenda Timnas Indonesia

Dari segi taktik dan strategi permainan, agak sulit memang untuk membaca dan menerka pola permainan baku Pogacnik. Sebab, Pogacnik bukanlah tipikal pelatih yang menganut paham atau filosofi permainan tertentu.

Hal tersebut tak lepas dari kebiasaan Pogacnik untuk mencari tahu kekuatan dan kelemahan calon lawannya. Setelah mengetahui kedua hal tersebut, barulah Pogacnik meramu strategi yang akan diterapkan timnya saat bertanding.

Dalam buku Sepak Bola Indonesia diceritakan, sebelum Indonesia tampil dalam Olimpiade Melbourne 1956, Pogacnik membawa skuad Indonesia melakukan pemusatan latihan di sejumlah negara Eropa Timur, seperti Uni Soviet, Jerman Timur, Yugoslavia, dan Ceko.

Pemusatan latihan dilakukan untuk mematangkan persiapan Ramang dkk. Tibalah ketika akhirnya mereka tampil di Olimpiade Melbourne 1956. Laju Indonesia dalam ajang tersebut terbilang mulus, setelah mampu melewati Vietnam, Indonesia bersua Uni Soviet.

Penggemblengan di Eropa Timur menjadi bekal berharga Indonesia saat menghadapi Uni Soviet. Hasilnya, Indonesia bisa memaksa Uni Soviet mengakhiri pertandingan dengan skor imbang. Pada saat itu, belum dikenal sistem perpanjangan waktu atau adu penalti.

Karena itu, untuk mendapatkan pemenang dalam laga yang berakhir imbang dalam fase gugur, harus ditentukan dengan pertandingan ulangan. Sayangnya, Indonesia gagal melanjutkan kegemilangannya pada pertandingan kedua melawan Soviet. Indonesia dihantam habis 0-4 oleh Soviet.

Baca juga: Timnas Indonesia, Tim Terakhir yang Ditangani Alfred Riedl

Meski begitu, kinerja para pemain Indonesia saat itu tetap menuai pujian. Tentu saja, kegeniusan Pogacnik dalam merancang permainan Indonesia pun tak luput dari apresiasi publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com