KOMPAS.com - Setelah secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (17/6/2019), saham Bali United di bawah naungan PT Bali Bintang Sejahtera, diminati banyak kalangan.
Salah satunya datang dari para penggawa Bali United sendiri. Bomber berdarah Montenegro, Ilija Spasojevic, juga meminati saham klubnya itu.
Penyerang naturalisasi itu menilai bahwa langkah yang diambil oleh klubnya itu menjadi awal kebangkitan sepak bola Indonesia.
Baca juga: Termasuk Industri Kreatif, Ini Keunggulan Bali United di Bursa
Spaso, sapaan akrab Spasojevic, juga mengaku bangga dirinya bisa menjadi bagian dari klub Asia Tenggara pertama yang terjun ke pasar uang.
"Ya tentu saja, jadi bagus juga untuk finansial. Tetapi untuk kami sebagai pemain, fokus saja di lapangan, ya," kata Spaso.
Kendati demikian, Spaso tidak bisa berkomentar banyak tentang ramainya perbincangan saham ke klubnya.
Ia mengaku bahwa pengetahuannya tentang pasar saham tidak banyak, sehingga pemain kelahiran Montenegro itu lebih memilih fokus di lapangan.
Baca juga: Dua Hal Ini Bikin Saham Bali United Jeblok
"Kami juga tidak mengerti banyak tentang saham. Fokus utama kami adalah di lapangan," kata Spaso lagi.
Meski begitu, Spaso tetap mendukung langkah timnya yang menunjukkan keseriusan mereka sebagai klub profesional.
Dirinyaa meyakini bahwa hal ini bisa memberikan efek positif buat semua keluarga besar Bali United bahkan sepak bola Indonesia.
"Menurut saya, ini hal yang sangat positif. Semua orang yang suka dan dukung Bali United bisa membeli saham dan jadi bagian dari keluarga besar Bali United," tuturnya.
"Itu sangat positif. Itu menunjukkan juga jika manajemen kami profesional. Saya yakin, semakin lama, Bali United akan semakin maju," ucapnya menambahkan.
Baca juga: Saham Bali United Resmi Melantai, Dirut BEI Mendukung Penuh
Saham Bali United dengan kode 'BOLA' dilepas pada penawaran pertama dengan harga Rp 175 per lembarnya.
Pada pembukaan hari pertama masuk ke bursa, Senin (17/6/2019), harganya melambung sebesar 69 persen ke angka Rp 296 per lembar. Kini, pada hari ketiga, harganya melambung lagi pada harga Rp 370 per lembar. (Muhammad Robbani)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.