KOMPAS.com — Joko Driyono telah resmi menjadi Plt ketua umum PSSI. Ia menggantikan ketua umum sebelumnya, Edy Rahmayadi, yang mengundurkan diri saat digelarnya Kongres PSSI di Bali pada Minggu (20/1/2019).
Joko akan menjadi ketua umum kelima PSSI dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Sebelum Joko dan Edy (menjabat sejak pasca-sanksi FIFA pada tahun 2016), tiga orang lainnya yang pernah menjabat ketua umum sejak 2009 adalah Nurdin Halid (sampai 2011), Djohar Arifin Husein (2011-2015), dan La Nyalla Mattalitti (2015-2016).
Meminjam istilah yang kini sedang tren, #tenyearschallenge, adanya lima ketua umum dalam satu dekade menjadi yang paling banyak dari satu dekade sebelumnya.
Baca juga: Kiprah Edy Rahmayadi di PSSI, Polemik, Prestasi, hingga Undur Diri
Terlalu seringnya ketum PSSI berganti ini juga tak lepas dari sempat adanya dualisme kepengurusan hingga sanksi dari FIFA.
Namun, terlalu seringnya ketua umum PSSI berganti ini berbanding lurus dengan penurunan prestasi. Pencapaian di turnamen internasional resmi yang diikuti tim nasional senior bisa jadi acuan untuk mengukur prestasi PSSI.
Baca juga: Edy Rahmayadi Mundur dari PSSI, Fadli Zon Bilang Urus Sumut Tak Bisa Part Timer
Mengesampingkan prestasi yang diraih timnas kelompok umur, mengukur prestasi sepak bola sebuah negara biasanya memang mengacu pada timnas senior.
Sebab, pencapaian timnas kelompok umur lebih merupakan sebuah proses pembinaan dan pengembangan bakat yang bermuara pada timnas senior.
Ada dua turnamen internasional resmi yang bisa dijadikan patokan untuk mengukur prestasi PSSI, yakni Piala Asia dan Piala AFF.
Baca juga: PSM Makassar Sampaikan 3 Rekomendasi kepada PSSI
Pada satu dekade sebelumnya, Timnas Indonesia rutin tampil di Piala Asia, dimulai dari Piala Asia 2000 di Lebanon, 2004 di China, dan 2007 saat menjadi tuan rumah bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Sementara itu, pada satu dekade terakhir, Timnas Indonesia sudah melewatkan tiga kali penyelenggaraan turnamen sepak bola tertinggi di Benua Kuning itu. Dimulai dari Piala Asia 2011 di Qatar, 2015 di Australia, dan 2019 di Uni Emirat Arab. Pada edisi terakhir, timnas bahkan tak mengikuti kualifikasi karena masih disanksi oleh FIFA.
Baca juga: Kemenpora: Mundurnya Edy Rahmayadi Momentum PSSI Berbenah
Sementara itu, di level Piala AFF, tak lolos dari fase grup kini menjadi sesuatu yang lumrah terjadi pada timnas Indonesia dalam satu dekade terakhir. Kejadian terbaru tentu saja pada Piala AFF 2018.
Kondisi yang sama juga terjadi di Piala AFF 2012 dan Piala AFF 2014. Timnas Indonesia masih sanggup mencatat prestasi lumayah saat menjadi runner-up Piala AFF 2010 dan 2016.
Padahal, bila menengok satu dekade ke belakang, tak lolos dari fase grup sangat jarang dialami timnas Indonesia di tingkat Asia Tenggara.
Baca juga: Erick Thohir Bicara soal Keputusan Edy Rahmayadi Mundur dari Ketum PSSI
Dalam lima penyelenggaraan Piala AFF dari kurun waktu 1999-2009, timnas Indonesia tercatat tiga kali runner-up (2000.2002,2004) dan sekali semifinalis (2008).