BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Pertandingan segitiga antara All Star Indonesia yang bermaterikan mantan pemain tim nasional, para legenda Arsenal dan legenda Liverpool berlangsung tanpa aksi-aksi spektakuler.
Bertanding di depan 10.000-an penonton, tidak banyak aksi berupa umpan panjang maupun menyilang khas klub-klub Eropa. Hampir tidak terjadi aksi berupa tendangan-tendangan keras dari jarak jauh, sundulan-sundulan hebat, perebutan bola-bola atas, apalagi menyaksikan kiper yang jatuh bangun menyelamatkan gawang.
Itulah yang terjadi dalam tiga partai turnamen segitiga di Balikpapan Masters Cup yang berlangsung di Stadion Batakan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (5/11/2017) sore.
Termasuk partai puncak dari pertandingan segitiga yang berlangsung antara Arsenal melawan Liverpool. Pada partai ketiga ini, Liverpool Masters, sebutan tim yang dihuni legend Liverpool, menggilas Arsenal Masters 3-1.
Arsenal menerjunkan Mikael Silvestre di lini belakang, sementara Kwankwo Kanu dan Robert Pires di depan. Liverpool sendiri menempatkan Jari Litmanen bersama Robbie Fowler di depan.
Fowler mengejutkan dengan membuat gol lebih dulu pada menit ke-2.
Dalam pertandingan yang berjalan lamban, Arsenal menyamakan kedudukan akibat blunder David James. Tak sengaja tendangannya mengenai kaki Luis Boa Morte dan bola tanpa bisa dikendalikan masuk ke gawang sendiri.
Tapi situasi angka sama tak bertahan lama. Riise menuntaskan tendangan penalti pada menit ke-32 dan Arsenal kembali kebobolan pada menit ke-37.
"Saya senang dengan pertandingan hari ini. Saya bertanding di gedung yang bagus, penonton yang bagus, situasi yang baik, namun kekurangannya hanya di lapangan yang tidak rata," kata Litmanen.
Pertandingan tanpa aksi spektakuler juga berlangsung ketika timnas Indonesia meladeni Arsenal Masters maupun saat melawan Liverpool Masters.
Bima Sakti dkk tidak berhasil mempertontonkan bola cepat dari kaki ke kaki terkesan sering salah paham antarpemain, mudah diintersep atau mudah dipotong, hingga sangat sedikit membuat kemelut di muka gawang lawan.
Sebaliknya, Arsenal Masters dan Liverpool Masters kerap merepotkan gawang yang di jaga Kurnia Sandy. Sekalipun kerap membuat kemelut di gawang timnas, namun banyak kesempatan mencipta gol terlewat begitu saja.
Kendati begitu, Liverpool menang 2-0 atas Timnas. Sedangkan ketika meladeni Arsenal, Timnas tunduk 1-2.
Tidak mendapat tontonan yang spektakuler dari para legend ini tidak menyurutkan semangat penonton. Prasetyo dari Yogyakarta mengaku memaklumi situasi ini.
Warga yang menetap di Kelurahan Samarinda Baru ini berpendapat materi pemain di Arsenal maupun Liverpool banyak yang sudah lama pensiun dari sepak bola. Dia mencontohkan, Nigel Winterburn di tim Arsenal Masters. Prasetyo melihat aksi Nigel terakhir di layar kaca antara 10-15 tahun lalu.