KOMPAS.com - Nama Syamsir Alam sempat disebut sebagai calon bintang masa depan Indonesia setelah generasi Bambang Pamungkas.
Namun, sang pemain malah gagal bersinar memasuki level senior.
Syamsir tercatat pernah membela timnas Indonesia di berbagai level umur.
Lelaki kelahiran Sumatera Barat ini juga memiliki karier apik bersama sejumlah klub di luar negeri.
Namun, saat masuk ke level senior kancah sepak bola Indonesia, karier Syamsir menemui jalan yang terjal.
Mulai dari Sriwijaya FC, Pelita Bandung Raya, hingga Persiba Balikpapan, dia hanya menghangatkan bangku cadangan alih-alih menjadi protagonis utama.
Menurut Syamsir, penyebab kehancuran karier profesionalnya dimulai pada 2013.
Saat itu, ia mendapat panggilan memperkuat Indonesia All Star untuk laga kontra Chelsea.
Status Syamsir masih terikat kontrak dengan klub asal Amerika Serikat, DC United.
"Ada kesalahan komunikasi ketika saya dipanggil untuk tim Indonesia melawan Chelsea. Seharusnya, saya langsung kembali ke DC United setelah itu dan mendapatkan pembaruan kontrak selama satu tahun lagi," kata Syamsir.
"Namun, ada salah satu pihak yang suruh saya stay di Jogja untuk ke timnas U-23. DC United kemudian mengira saya indisipliner dan hilanglah tawaran kontrak setahun itu," katanya.
Syamsir mengakui, setelah momen tersebut, kariernya menurun drastis.
Ia sempat bergabung dengan Sriwijaya FC, tetapi kesulitan beradaptasi dengan sepak bola Indonesia.
"Itu luar biasa sekali. Saya tidak mengetahui apa yang akan terjadi jika bertahan di DC United satu tahun lagi. Bisa saja saya masih bertahan di sana," katanya.
Dari kejadian tersebut, Syamsir bisa belajar tentang banyak hal.
Eks pemain CS Vise dan Penarol ini meminta publik tidak menghakimi seorang pemain jika bersinar di level usia muda, kemudian meredup di tingkat senior.
"Jadi, saya tidak akan menyalahkan pemain ketika kariernya turun. Saya merasakan sendiri bahwa di sepak bola Indonesia, banyak pihak yang tidak pure hatinya untuk sepak bola," ujar pemain berusia 25 tahun ini.
"Buat apa ada spanduk fair play besar-besar karena bapak-bapak yang di atas sana tidak benar-benar memahami apa arti fair play sebenarnya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.