KOMPAS.com - Atlet judo wanita asal Brasil, Rafaela Silva, hampir memutuskan pensiun setelah Olimpiade London 2012. Namun, dia urung melakukannya karena mendapat dukungan dari Neymar.
Silva hanya bertengger di posisi ke-9 pada Olimpiade empat tahun silam. Padahal, dia diunggulkan meraih medali.
Alhasil, lantaran gagal memenuhi ekspektasi publik, wanita kelahiran Rio de Janeiro itu menjadi bahan bullying di media sosial. Bahkan, tidak sedikit cercaan bernada rasialis terhadap Silva.
"Sebuah pengalaman sulit. Saya berpikir ingin berhenti judo karena tidak mau menerima caci maki lagi," tutur Silva.
"Namun, setelah kekalahan di Olimpiade, saya juga mendapatkan pesan dari Neymar dan sejumlah legenda lainnya. Mereka meminta saya agar tidak menyerah," ucap dia.
Dukungan dari sesama atlet mendorong Silva untuk terus berkarier di judo. Dia pun memetik hasil pada Olimpiade Rio 2016.
Silva mengalahkan atlet Mongolia, Sumiya Dorjsuren, pada babak final kategori 57 kilogram putri, Senin (7/8/2016). Dialah atlet pertama yang menyumbang medali emas untuk negara tuan rumah.
Apabila ditarik mundur lagi empat tahun lalu, Silva tentu tidak salah ambil keputusan. Dia bahkan merasa telah membungkam para pengkritik.
"Orang-orang mengatakan, 'Tempat untuk saya adalah kandang monyet.' Namun, tempat saya di olahraga, di judo," ujar Silva.
Lebih dari itu, Silva juga melihat judo telah mengubah hidupnya. Kini, dia dianggap sebagai pahlawan nasional. Padahal, dia menghabiskan masa kecilnya di Favela, sebuah daerah kumuh di Brasil.