Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inzaghi di Akhir Era Berlusconi

Kompas.com - 23/04/2015, 09:02 WIB
Oleh: Viriya Paramita
Penulis adalah penggemar sepak bola, tinggal di Jakarta. Penulis bisa dihubungi melalui email viriya_71@hotmail.com

KOMPAS.com - 23 Mei 2007. Masa perpanjangan waktu babak pertama. Andrea Pirlo bersiap mengambil tendangan bebas beberapa meter di depan kotak penalti Liverpool. Wasit meniup peluit. Pirlo menghajar bola dengan sisi dalam kaki kanannya. Bola berbelok melewati pagar betis Liverpool, dan gol! Pepe Reina terkecoh. Ada sesuatu yang memantulkan bola di tengah jalan sehingga berbelok lebih tajam dari seharusnya.

Pirlo kegirangan. Namun ada yang lebih semringah dan berlari kesetanan seakan itu adalah golnya sendiri. Semua jadi jelas saat tayangan ulang diputar. Itu memang benar golnya. Bukan Pirlo, tapi Filippo Inzaghi. Striker gaek berusia 33 tahun yang musim itu hanya bisa mencetak dua gol di Serie A, kini membawa AC Milan unggul 1-0 atas Liverpool sebelum turun minum.

Tak sampai di situ. Pada menit ke-82, Kaka melancarkan umpan terobosan di antara Daniel Agger dan John Arne Riise. Bola dengan mulus hinggap di kaki Inzaghi. Satu sentuhan ke kanan untuk mengecoh Reina, lalu bola diceploskan ke bawah ketiak kiper Spanyol itu. Bola bergulir perlahan masuk ke dalam gawang kosong. Inzaghi berlari ke sudut dengan wajah orgasme dan merayakan dengan kedua tangan mengibas udara. AC Milan menang 2-1 atas Liverpool malam itu dan sukses meraih trofi Liga Champions ke-7 sepanjang sejarah. Semua gara-gara Inzaghi.

19 April 2015. Hampir sewindu berlalu, dan situasinya telah jauh berbeda. AC Milan berhadapan dengan Inter Milan. Derby della Madonnina. Namun, pertandingan ini bukan soal perebutan gelar juara. Ini hanyalah laga antara dua tim papan tengah, masing-masing di posisi 9 dan 10 klasemen sementara pada pekan ke-31 Serie A.

Inter Milan boleh menyesali hasil imbang 0-0 yang mereka raih malam itu. Mereka mendominasi permainan dengan penguasaan bola 55 persen serta 17 tembakan, empat di antaranya tepat mengarah ke gawang. Di sisi lain, AC Milan hanya bisa menghasilkan tujuh tembakan, tiga di antaranya tepat sasaran. Ada tiga gol yang dianulir pada laga itu, satu untuk AC Milan dan dua untuk Inter Milan.

“Tim saya sudah memberikan segalanya. Kedua tim berusaha untuk menang, dan kami tahu betapa pentingnya laga derbi ini. Kami bisa saja menang, bisa saja kalah. Jadi, pada akhirnya imbang adalah hasil tepat,” kata Inzaghi yang kini beralih peran jadi manajer AC Milan.

Bisa saja menang, bisa saja kalah. Komentar Inzaghi tersebut sesungguhnya merefleksikan perjalanan AC Milan beberapa tahun belakangan: tidak jelas. Mereka telah tersasar begitu jauh hingga bahkan saingan utama mereka dari kota Turin saat ini di klasemen sementara Serie A adalah Torino, bukan Juventus. Musim ini, mereka baru menang 10 kali, seri 13 kali, dan kalah delapan kali. Mereka jadi mirip Liverpool di Liga Inggris yang tetap besar hanya karena sejarah di belakangnya.

Bagaimana mungkin dalam waktu sewindu semua berubah begitu drastis? Lihatlah susunan pemain AC Milan di final Liga Champions 2007 melawan Liverpool. Selain Inzaghi, ada Kaka, Pirlo, Gennaro Gattuso, Clarence Seedorf, Alessandro Nesta dan Paolo Maldini. Nama-nama yang membuat lawan gentar, yang memastikan bahwa harga diri AC Milan sebagai sebuah tim besar akan terus terjaga.

Masalahnya, mayoritas pemain kunci tersebut telah berusia senja. Hanya Kaka, Pirlo dan Gattuso yang saat itu masih berusia di bawah 30 tahun. Masalah pun dimulai sejak kepergian sang pelatih sukses Carlo Ancelotti ke Chelsea, pensiunnya kapten Paolo Maldini, dan hijrahnya protagonis utama mereka selama beberapa tahun terakhir, Kaka, ke Real Madrid, secara bersamaan pada musim panas 2009.

Berlusconi dan Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Zona Euro sejak akhir 2009 berimbas pula pada keseimbangan finansial tim. Alhasil, Presiden AC Milan Silvio Berlusconi pun mesti mengencangkan ikat pinggang. “Sebagai seorang perdana menteri, saya tidak bisa mengeluarkan uang banyak seperti yang pernah saya lakukan. Mulai sekarang, pengembangan pemain muda harus dilakukan untuk menyiasati krisis ekonomi,” kata Berlusconi pada Mei 2010.

Karena itu, uang hasil penjualan Kaka sebesar 68,5 juta euro dan tambahan dari melego Yoann Gourcuff ke Bordeaux senilai 15 juta euro hanya bisa digunakan untuk belanja seadanya. AC Milan membeli Thiago Silva dari Fluminense seharga 10 juta euro dan Klaas-Jan Huntelaar dari Real seharga 15 juta euro. Silva perlahan bisa menancapkan kukunya di barisan pertahanan tim. Namun Huntelaar tak pernah mampu menunjukkan kelasnya dan hanya bertahan semusim di sana. Leonardo yang didapuk jadi suksesor Ancelotti juga tak bisa berbuat banyak hingga AC Milan harus nihil gelar pada musim 2009/2010.

Kondisi jadi jauh membaik setelah kedatangan Zlatan Ibrahimovic pada musim 2010/2011. Pelatih baru Massimiliano Allegri mengandalkan Ibra sepenuhnya untuk mencabik-cabik gawang lawan. Hasilnya, mereka kembali jadi juara Serie A pada musim tersebut. Namun, keputusan untuk melepas Pirlo ke Juventus pada musim panas 2011 terbukti jadi blunder besar. Pada musim 2011/2012, Pirlo justru berhasil mencetak 13 assist, terbanyak di liga, dan membawa Juventus jadi juara.

Selain kehilangan gelar juara, musim itu juga jadi pukulan berat dalam karier politik Berlusconi. Pada November 2011, ia mengundurkan diri dari posisi Perdana Menteri Italia setelah kehilangan mayoritas suara di parlemen akibat meningkatnya masalah fiskal dan krisis ekonomi yang terus membesar.

Pada akhir musim itu, Ibra dan Silva, dua tumpuan utama AC Milan di lini depan dan belakang, dijual bersamaan ke Paris Saint-Germain, masing-masing senilai 21 juta euro dan 42 juta euro. Tak hanya itu, para pemain yang telah jadi tulang punggung tim dalam waktu lama mesti dilepas tanpa pengganti nan ideal. Inzaghi dan Massimo Oddo pensiun. Selain itu, Nesta, Gattuso, Seedorf, Gianluca Zambrotta dan Mark van Bommel dilepas gratis. Pada masa transfer musim dingin, Alexandre Pato yang tak kunjung mampu memenuhi potensinya pun dilepas dengan harga 15 juta euro ke Corinthians. Mario Balotelli memang didatangkan dari Manchester City setelah kepergian Pato dengan harga 21,5 juta euro. Namun itu tak berimbas banyak. AC Milan mulai kehilangan tajinya.

Cara Lama, Hasil Beda
Sejak lama, AC Milan dikenal berani menunjuk mantan pemainnya yang minim pengalaman manajerial untuk menangani tim utama mereka. Sebut saja Cesare Maldini, Giovani Trapattoni, Fabio Capello, Ancelotti, hingga Leonardo. Tak semuanya berujung sukses. Toh beberapa berhasil membangun reputasi sebagai pelatih jempolan dan menyumbang setumpuk gelar bergengsi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Raih Gelar Liga Champions hingga Piala Dunia, Messi Tak Punya Mimpi Lagi di Sepak Bola

Raih Gelar Liga Champions hingga Piala Dunia, Messi Tak Punya Mimpi Lagi di Sepak Bola

Internasional
Hasil Spain Masters 2024: Rehan/Lisa Menangi Duel Merah Putih, 6 Wakil Indonesia ke QF

Hasil Spain Masters 2024: Rehan/Lisa Menangi Duel Merah Putih, 6 Wakil Indonesia ke QF

Badminton
Bali United Vs Persija, Ada Permintaan untuk Suporter Bali United

Bali United Vs Persija, Ada Permintaan untuk Suporter Bali United

Liga Indonesia
Sandro Tonali Didakwa 50 Kali Melanggar Aturan Judi FA dalam 3 Bulan

Sandro Tonali Didakwa 50 Kali Melanggar Aturan Judi FA dalam 3 Bulan

Liga Inggris
Shin Tae-yong Ungkap Timnas Indonesia Akan Tambah Amunisi Baru

Shin Tae-yong Ungkap Timnas Indonesia Akan Tambah Amunisi Baru

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Yakin Level Timnas Indonesia Akan Terus Berkembang

Shin Tae-yong Yakin Level Timnas Indonesia Akan Terus Berkembang

Timnas Indonesia
Hasil Persib Bandung Vs Bhayangkara FC 0-0, Bojan Hodak Frustrasi

Hasil Persib Bandung Vs Bhayangkara FC 0-0, Bojan Hodak Frustrasi

Liga Indonesia
Usai Dipecat, Phillipe Troussier Ungkap Akan Rindukan Vietnam

Usai Dipecat, Phillipe Troussier Ungkap Akan Rindukan Vietnam

Internasional
Klasemen Liga 1: Persikabo 1973 Degradasi, Bhayangkara di Tepi Jurang

Klasemen Liga 1: Persikabo 1973 Degradasi, Bhayangkara di Tepi Jurang

Liga Indonesia
Persikabo Jadi Tim Liga 1 2023-2024 Pertama yang Degradasi

Persikabo Jadi Tim Liga 1 2023-2024 Pertama yang Degradasi

Liga Indonesia
Hasil Persib Vs Bhayangkara FC 0-0, Guardian Bertahan dari Gempuran Maung Bandung

Hasil Persib Vs Bhayangkara FC 0-0, Guardian Bertahan dari Gempuran Maung Bandung

Liga Indonesia
SC Heerenven Beri Apresiasi untuk Thom Haye dan Nathan Tjoe-A-On

SC Heerenven Beri Apresiasi untuk Thom Haye dan Nathan Tjoe-A-On

Timnas Indonesia
Link Live Streaming Persib Bandung vs Bhayangkara, Kickoff 20.30 WIB

Link Live Streaming Persib Bandung vs Bhayangkara, Kickoff 20.30 WIB

Liga Indonesia
Sakit Arema FC Dikalahkan Persebaya, Singo Edan Diminta Tak Putus Asa

Sakit Arema FC Dikalahkan Persebaya, Singo Edan Diminta Tak Putus Asa

Liga Indonesia
AC Milan Siap Relakan Giroud Pergi, Satu Syarat Sacchi untuk Zirkzee

AC Milan Siap Relakan Giroud Pergi, Satu Syarat Sacchi untuk Zirkzee

Liga Italia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com