LIVERPOOL, KOMPAS.com - Rasa takut bisa menjadi sebuah sumber kekuatan. Setidaknya hal tersebut terjadi pada diri Brendan Rodgers.
Manajer Liverpool itu sempat merasa posisinya terancam pemecatan ketika gagal mengembalikan performa Steven Gerrard dkk seperti pada musim lalu. Pada awal-awal musim, The Reds memang tampil labil dan tertahan di papan tengah.
Performa Liverpool berbalik seusai kalah dari Manchester United. Jika dihitung berdasar perolehan poin pada 2015, Liverpool adalah yang terbaik di Inggris dengan meraih enam kemenangan dan dua hasil imbang. Posisi di klasemen pun terkerek dan kini berpeluang untuk menembus empat besar.
Rodgers lantas membeberkan kunci suksesnya. Salah satunya adalah pengalaman diri ketika dipecat oleh Reading pada Desember 2009. Saat itu, dia baru memegang klub dalam 20 pertandingan.
“Saya memang mendapatkan dukungan dari pemilik klub. Tapi, kekalahan dari Crystal Palace (November 2014), membuat saya tersadar. Dukungan saja tidak penting,” ungkap Rodgers.
“Saya belajar dari pengalaman pemecatan di Reading. Sebaik apa pun dukungan yang diberikan manajemen, tetap saja yang dilihat adalah hasil di lapangan,” sambung dia.
Sejak saat itu, Rodgers pun putar otak. Sadar strategi dasarnya gagal, dia lalu beralih memakai formasi 3-4-3 yang terbilang sukses, termasuk saat mengalahkan Manchester City, akhir pekan lalu.
“Transformasi dari tim ini sangat bagus untuk dilihat. Saya melihat kepercayaan diri. Setiap orang juga membicarakan strategi kami dan betapa dinamisnya permainan kami di lapangan,” tegas pelatih asal Irlandia Utara itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.