Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timnas U-19 dan Takdir Sepak Bola Indonesia

Kompas.com - 16/10/2014, 08:15 WIB
Ary Wibowo

Penulis

KOMPAS.com - Takdir adalah sesuatu yang selalu ingin manusia capai. Semua orang, ketika masih muda, tahu takdir mereka. Pada titik kehidupan itu, segalanya jelas, segalanya mungkin. Mereka tidak takut bermimpi dan mendambakan segala yang mereka inginkan terwujud dalam hidup mereka.

Namun, dengan berlalunya waktu, ada daya misterius yang mulai meyakinkan manusia bahwa mustahil mereka bisa mewujudkan takdirnya. Daya itu adalah kekuatan-kekuatan yang kelihatannya negatif, tetapi sebenarnya menunjukkan cara kepada setiap manusia mewujudkan takdir tersebut.

Daya itu mempersiapkan roh dan kehendak manusia, sebab ada satu kebenaran mahabesar di planet ini. Siapapun dan apapun yang manusia lakukan, kalau mereka sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, itu adalah hasrat yang bersumber dari jiwa jagat raya. Itulah misi manusia di dunia ini.

Begitu petuah lelaki tua bernama Melkisedek kepada anak gembala asal Spanyol, Santiago, yang sedang mencari harta karun dalam novel The Alchemist karya Paulo Coelho. Novelis asal Brasil tersebut menuliskan "petuah Melkisedek" itu untuk siapa saja, termasuk juga kepada setiap manusia yang terlibat dalam dunia sepak bola.

Toh, sepak bola juga tidak bisa dilepaskan dari takdir, yang tidak bisa didikte oleh manusia. Setiap pesepak bola mempunyai mimpi meraih kemenangan. Namun, ingat, tidak ada yang bisa dipastikan dalam sepak bola. Orang boleh menjagokan tim nasional Brasil menjadi favorit juara, tetapi sudah banyak bukti bahwa seringkali justru malanglah nasib mereka jika mereka difavoritkan.

Dengan begitu, sepak bola ibarat menjadi rangkaian olahan permainan manusia yang seakan menggambarkan kehidupan di dunia yang tidak bisa ditebak. Memang akhirnya tetap akan ada takdir baik berbentuk kemenangan atau kekalahan. Akan tetapi, kedua hal tersebut mau tidak mau harus diterima dengan lega karena itulah hasil dari perlawanan, perjuangan, dan olahan manusia itu sendiri.

Indonesia
Berbicara soal takdir sepak bola, pada Minggu (12/10/2014) muncul pernyataan dari pelatih tim nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri, sesudah Evan Dimas dan kawan-kawan dinilai gagal total dalam targetnya mencapai semifinal Piala Asia U-19 2014 Myanmar.

"Mereka (pemain timnas U-19) sudah berusaha, tetapi takdir di tangan Tuhan. Soal gol atau tidak, keberuntungan juga berperan di situ," kata Indra sesudah Skuad Garuda Jaya dikalahkan Australia 0-1. "Masyarakat tentu sangat arif menilai pertandingan ini. Memang ini sudah jalan dari Tuhan untuk kita."

Seusai pertandingan, seluruh pemain timnas U-19 tampak murung dan melangkah gontai di atas lapangan sembari tertunduk lesu. Kesedihan tidak bisa disembunyikan dari raut wajah mereka. Bahkan, Evan Dimas dan Muhammad Sahrul Kurniawan menangis tersedu-sedu sebelum akhirnya dihampiri oleh Indra Sjafri.

Indra memeluk mereka, sembari melontarkan semangat. Satu per satu Indra menghampiri anak asuhnya yang tergontai lemas di atas lapangan. "Saya berharap, para pemain jangan disalahkan. Kasihan mereka. Mereka sudah melakukan apa yang terbaik yang mereka punya. Ini bukan aib," kata Indra mengomentari perjuangan timnya.

Kekalahan itu membuat perjuangan Indonesia terhenti di Piala Asia. Ratusan juta masyarakat negeri ini kecewa. Pun halnya seluruh pemain serta ofisial timnas. Akan tetapi, sekali lagi, tidak logis jika pemain dan pelatih disalahkan atas kegagalan tersebut. Toh, ini bukan kali pertama Indonesia menuai kegagalan di kancah sepak bola internasional.

Nama timnas U-19 mencuat ketika mereka berhasil meraih gelar Piala AFF U-19 2013. Itu adalah trofi Asia Tenggara pertama bagi Indonesia semenjak torehan emas di SEA Games 1991. Memang, usia muda tidak bisa saklek dijadikan patokan prestasi. Akan tetapi, di tengah kerinduan panjang akan prestasi, tidak bisa disalahkan pula jika masyarakat Indonesia memupuk harapan tinggi dari perjuangan mereka.

Pertanyaan
Kegagalan timnas U-19 ini seakan kembali melontarkan pernyataan yang sudah muncul sejak puluhan tahun lalu, apa yang salah dengan sepak bola Indonesia? Semenjak emas terakhir di SEA Games 1991, kegagalan demi kegagalan terus terjadi. Belum ada bukti kegagalan itu dijadikan pelajaran berharga bagi para pengurus sepak bola di negeri ini.

Mengapa pertanggungjawaban harus dialamatkan kepada para pengurus PSSI? Jawabannya tentu karena prestasi dalam dunia olahraga apapun, tidak hanya sepak bola, adalah cerminan kinerja dari para pengurus federasinya. Dengan begitu, bisa jadi, salah satu faktor utama kegagalan itu adalah belum adanya sumber daya pengurus yang mampu membina para pesepak bola di negeri ini dengan niat baik dan benar.

Di Indonesia seringkali muncul satire seperti ini: "Masa iya, ada lebih dari 200 juta penduduk yang sebagian besar merupakan penggila bola, negeri ini tidak bisa membentuk timnas yang hebat?" Tidak perlu dulu kita bicara soal prestasi, tetapi sudah adakah proses yang benar untuk membentuk timnas yang memadai? Di sinilah muncul titik krusial krisis prestasi yang harus dipertanyakan kepada pengurus sepak bola Indonesia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sakit Arema FC Dikalahkan Persebaya, Singo Edan Diminta Tak Putus Asa

Sakit Arema FC Dikalahkan Persebaya, Singo Edan Diminta Tak Putus Asa

Liga Indonesia
AC Milan Siap Relakan Giroud Pergi, Satu Syarat Sacchi untuk Zirkzee

AC Milan Siap Relakan Giroud Pergi, Satu Syarat Sacchi untuk Zirkzee

Liga Italia
Greg Nwokolo Akui Penjaga Gawang Persebaya Jadi Pembeda

Greg Nwokolo Akui Penjaga Gawang Persebaya Jadi Pembeda

Liga Indonesia
Xabi Alonso Tak Pernah Merengek, Tuchel Tak Bawa Bayern Naik Level

Xabi Alonso Tak Pernah Merengek, Tuchel Tak Bawa Bayern Naik Level

Bundesliga
5 Jurus Sakti Xabi Alonso Lesatkan Leverkusen, Jauh Tinggalkan Bayern

5 Jurus Sakti Xabi Alonso Lesatkan Leverkusen, Jauh Tinggalkan Bayern

Bundesliga
Persik Vs Persikabo, Jeam Kelly Sroyer Ingin Beri Persembahan Terakhir

Persik Vs Persikabo, Jeam Kelly Sroyer Ingin Beri Persembahan Terakhir

Liga Indonesia
Bayern Vs Dortmund: Tuchel Tak Membawa Muenchen ke Arah yang Benar

Bayern Vs Dortmund: Tuchel Tak Membawa Muenchen ke Arah yang Benar

Bundesliga
Amunisi Muda Barca, Marc Guiu: Xavi Sangat Penting bagi Barcelona

Amunisi Muda Barca, Marc Guiu: Xavi Sangat Penting bagi Barcelona

Liga Spanyol
Lorenzo Nilai Bagnaia Lakukan Kesalahan Saat Insiden dengan Marquez

Lorenzo Nilai Bagnaia Lakukan Kesalahan Saat Insiden dengan Marquez

Motogp
Prediksi Persib Vs Bhayangkara FC, Maung Pincang Tanpa 6 Pemain Utama

Prediksi Persib Vs Bhayangkara FC, Maung Pincang Tanpa 6 Pemain Utama

Liga Indonesia
Kata Indra Sjafri soal Label Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Kata Indra Sjafri soal Label Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Prediksi Ranking FIFA: Indonesia Salip Malaysia, Naik Peringkat Ke-135

Prediksi Ranking FIFA: Indonesia Salip Malaysia, Naik Peringkat Ke-135

Timnas Indonesia
Jadwal Spain Masters 2024, Indonesia Pastikan Wakil di Perempat Final

Jadwal Spain Masters 2024, Indonesia Pastikan Wakil di Perempat Final

Badminton
Kalahkan Arema FC, Bajul Ijo Langsung Penuhi Janji Jalan Kaki 1,5 Km

Kalahkan Arema FC, Bajul Ijo Langsung Penuhi Janji Jalan Kaki 1,5 Km

Liga Indonesia
Ronaldo Marah ke Wasit Setelah Portugal Kalah

Ronaldo Marah ke Wasit Setelah Portugal Kalah

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com