Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indra Sjafri, Si Jago "Blusukan" Pengagum Mourinho

Kompas.com - 17/09/2014, 16:07 WIB
Ferril Dennys

Penulis

KOMPAS.com — Indra Sjafri bisa dibilang pelatih paling sukses di Indonesia. Karier pelatih asal Sumatera Barat tersebut melejit saat berhasil mengantarkan Timnas U-19 menjuarai Piala AFF U-19 pada 2013 dan membawa Garuda Jaya lolos ke Piala Asia U-19 2014 yang akan digelar di Myanmar pada 9-23 Oktober 2014. Gelar Piala AFF merupakan gelar pertama bagi Indonesia sejak 22 tahun terakhir karena dalam kurun waktu itu Indonesia tak pernah meraih satu pun gelar juara, baik di level Asia Tenggara maupun di level yang lebih tinggi.

Kesuksesan Indra tidak lepas dari kerja keras pelatih berusia 51 tahun tersebut yang blusukan ke daerah-daerah untuk mencari pemain-pemain berbakat. Cara tersebut berbeda dari yang dilakukan pelatih-pelatih lain yang biasanya hanya menunggu rekomendasi pemain dari PSSI.

Pelatih yang menggemari karya-karya Bryan Adams ini berhasil menemukan pemain seperti Zulfiandi dari Bireuen Aceh, kapten tim Evan Dimas dari Surabaya, penyerang sayap Ilham Udin Armayn dari Ternate, Maluku Utara, Maldini Pali dari Sulawesi Barat, hingga Yabes Roni Malaifani dari Alor, NTT.

Indra terpaksa blusukan karena tak adanya kompetisi usia dini di banyak tempat. Dengan blusukan, Indra sadar bisa menemukan anak-anak daerah yang lahir dengan bakat alami.

Selain itu, Indra meyakini, meraih keberhasilan harus ditempuh dengan metode pemilihan yang jujur, perencanaan terstruktur, kerja sama, dan kerja keras. "Jika langkah ini diikuti oleh seluruh pihak yang menggeluti sepak bola di Indonesia, akan banyak potensi tergali dari anak bangsa," tutur Indra.

Dalam kariernya sebagai pelatih, Indra memiliki sosok pelatih hebat yang menjadi acuannya. Pelatih kelahiran Batang Kapas, Sumatera Barat, tersebut sangat mengagumi sosok pelatih Chelsea, Jose Mourinho. Mourinho merupakan pelatih muda yang selalu sukses memberikan gelar bagi klub yang dibesutnya, seperti FC Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid.

"Mourinho inspirasi saya. Kalau idola, tidak ada. Nabi Muhammad SAW adalah idola saya," kata Indra.

Bahkan, Indra selalu mengingat sebuah kalimat yang pernah dilontarkan Mourinho. "Ia selalu bilang, pemain jangan lebih besar dari negaranya atau klubnya," tuturnya.

Indra memang memiliki karakter yang tak jauh berbeda dengan Mourinho, yakni ketegasan. Contohnya ialah saat Indra menghukum Yabes tidak boleh berlatih pada latihan perdana pemusatan latihan di Batu, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Saat itu, Yabes terlambat mengikuti sesi latihan sore.

Indra memulai karier kepelatihannya dengan membesut PSP Yunior pada 1990. Ia kemudian mengikuti kursus penyegaran pelatih dalam program FIFA Futuro dan mengambil lisensi A AFGC Instruktur Akar Rumput FIFA pada 2010.

Saat ini, jutaan masyarakat berharap Indra bisa membawa Indonesia lolos ke semifinal Piala Asia U-19. Dengan begitu, Indonesia bisa tampil di Piala Dunia U-20 yang digelar di Selandia Baru pada 2015. Indonesia akan mengawali kiprahnya dengan bersaing dengan Uzbekistan, Australia, dan Uni Emirat Arab pada babak penyisihan Grup B.  

Biodata
Nama lengkap: Indra Sjafri
Tempat tanggal lahir: Batang Kapas, 2 Februari 1963
Sertifikat: Lisensi A-FIFA Futuro
Tinggi, berat: 170 cm, 78 kg

Karier Pemain:
Machudum FC (1997-1990)
PSP Padang (1980-1981)
PON XI Jakarta (1985)
PSP Padang (1985-1999)

Karier Pelatih:
PSP Yunior (1990) PSP Senior/asisten pelatih Adolf Remy (1991-1993)
Machudum FC (1994-1997)
PSP Senior/asisten pelatih (1998-2000)
PSP Senior/asisten pelatih (2001-2002)
Akademi Sepak Bola Padang/pemilik (2000-sekarang)
Bengkalis FC/Direktur Teknik (2007-2009)
Instruktur Pelatih PSSI (2009-sekarang)
Pelatih Timnas Indonesia U-19 (2011-sekarang)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com