SAO PAULO, Kompas.com Laga semifinal Argentina versus Belanda, Kamis (10/7/2014) pukul 03.00 WIB, jadi laga bergengsi bagi Argentina untuk meredam balas dendam Belanda atas kekalahan pada final Piala Dunia 1978. Selain mengandalkan Messi, Argentina pun menanti kehebatan sihir Alejandro Sabella.

Alejandro Sabella sang pelatih Argentina memang mendapat julukan ”El Mago” atau ”Sang Penyihir” pada saat masih menjadi pemain dulu. Meski relatif tidak dikenal sebagai pelatih, Sabella terbukti mampu menyihir tim Argentina menjadi tim yang solid dan kompak sehingga mampu lolos ke babak semifinal.

Wajarlah jika rakyat Argentina kini menunggu ”sihir” hebat Sabella untuk menundukkan tim ”Oranye” yang bertekad membalas kekalahan 1-3 di final Piala Dunia 1978 di Buenos Aires.

Banyak warga Argentina, termasuk pelatih legendaris Argentina yang membawa tim ”Tango” menjadi juara dunia pertama kali, Cesar Luis Menotti, mempertanyakan mengapa Federasi Sepak Bola Argentina memilih Sabella. ”Saya tidak tahu mengapa mereka memilih dia. Saya tidak tahu proyek apa yang dia kerjakan,” ujar Menotti.

Belakangan, penunjukan Sabella terbukti menjadi sebuah langkah genius. Ia berhasil meloloskan Argentina ke semifinal, prestasi yang terakhir kali dicapai pada tahun 1990.

Keberhasilan Sabella membangun tim Argentina bukanlah proses singkat. Sabella sebelumnya membantu Daniel Passarella sebagai asisten pelatih selama beberapa tahun dan menjadi bagian dari staf pelatih Argentina di Piala Dunia 1998.

Akan tetapi, baru pada awal 2009 karier kepelatihannya semakin menonjol, dengan penunjukannya sebagai manajer Estudiantes. Dalam beberapa bulan, dia berhasil mengarahkan tim binaannya menjuarai Copa Libertadores dan kemudian diikuti dengan keberhasilan menjuarai Piala Apertura.

Argentina memang unggul dengan skor-skor tipis sepanjang Piala Dunia 2014 ini, tetapi telah menunjukkan kekuatan mental yang tidak dimiliki tim Argentina empat tahun lalu di bawah Diego Maradona.

Messi dan tim

Banyak pihak juga meributkan kondisi tim yang sangat bergantung kepada pemain terbaik dunia empat kali, Lionel Messi. Namun, dalam soal Messi, Sabella justru membuat keputusan tepat dengan menjadikan Messi sebagai kapten tim.

Sabella juga tidak ragu untuk menggali potensi Messi semaksimal mungkin demi keuntungan tim secara keseluruhan. Setidaknya dari laga-laga yang sudah dilalui Argentina, Messi terlihat sangat menikmati perannya yang dominan di tim dan menularkan semangatnya kepada rekan-rekan setimnya.

”Saya meyakini bahwa semua ini adalah pekerjaan seluruh tim. Jelas sekali dia (Messi) adalah pemain terbaik di dunia, tetapi di sini ada kerja tim,” kata Sabella.

Maradona yang membawa Argentina menjadi juara dunia 1986 mengatakan kepada sejumlah media Amerika Latin bahwa sangat berbahaya bagi tim Argentina 2014 untuk bergantung hanya pada kemampuan hebat penyerang Barcelona itu.

Akan tetapi, Sabella justru mengingatkan bahwa pada Piala Dunia 2010 ketika Maradona menjadi pelatih tim Argentina, Messi dan tim Argentina justru gagal bersinar.

”Adalah tim yang mendukung Messi membuatnya semakin kuat dan membuat dia merasa nyaman. Dan karena semua itu, Messi bisa menunjukkan kemampuannya dengan baik. Empat tahun lalu dia dikritik. Sekarang kami dikatakan sangat bergantung kepada Messi. Ini memang tidak mudah,” tutur Sabella. (AFP/OKI)