SANTO ANDRE, Kompas.com — Tim nasional Jerman ingin menghentikan kutukan selama 24 tahun tanpa trofi di turnamen besar. Jerman selalu tampil bagus dan menembus semifinal pada Piala Dunia dan Piala Eropa sejak 2006, tetapi tidak pernah menjadi juara. Kini saatnya Jerman melawan kutukan itu.

Pada Piala Dunia 2006 dan 2010 Jerman hanya mampu menempati posisi ketiga. Pada Piala Eropa 2008 Jerman menjadi runner-up dan pada 2012 menempati posisi ketiga.

Jerman akan menghadapi Brasil pada laga semifinal, Rabu (9/7/2014) dini hari WIB. Bagi Jerman, kewajiban menang saat menghadapi Brasil bagaikan melawan kutukan lama.

Meskipun sama-sama kuat, Jerman lebih sering kalah saat menghadapi Brasil. Dari 21 laga antara timnas Jerman (dulu juga disebut Jerman Barat) dan timnas Brasil, tim ”Samba” menang 12 kali, Jerman menang 4 kali, dan imbang 5 kali.

Pelatih tim Jerman Joachim Loew meminta timnya bermain maksimal saat menghadapi tuan rumah. Kesalahan umpan di lini tengah dan buruknya penyelesaian di lini depan tidak boleh diulangi lagi.

Loew melatih timnya mempertajam penyelesaian akhir demi mencetak gol sebanyak-banyaknya. Salah satu materi latihan mereka adalah mencetak gol dari bola mati.

Jerman memiliki keuntungan karena keempat pemain belakangnya memiliki tinggi lebih dari 1,85 meter sehingga lebih mudah menyundul bola ke gawang. Keempat pemain itu adalah Per Mertesacker (1,98 meter), Mats Hummels (1,92 meter), Jerome Boateng (1,92 meter), dan Benedikt Hoewedes (1,87 meter)

Dari 10 gol yang dicetak Jerman di Piala Dunia 2014, empat gol dicetak atau diawali dari tendangan bola mati. Dua gol dari tendangan sudut oleh Miroslav Klose dan Mats Hummels, satu dari tendangan bebas oleh Hummels dan satu dari tendangan penalti oleh Thomas Mueller.

Gol Hummels dari tendangan bebas yang dilakukan oleh Toni Kroos membawa Jerman mengalahkan Perancis. Gol Klose yang diawali sepak pojok membawa Jerman lolos dari kekalahan saat menghadapi Ghana.

”Para pemain senang berlatih situasi tendangan bebas. Ini adalah aspek penting. Tendangan bola mati memiliki banyak arti penting bagi kami,” kata Loew.

Loew juga meminta timnya tidak meremehkan Brasil meskipun tidak diperkuat Neymar dan Thiago Silva. Brasil tetap sebuah tim yang kuat dan harus dilawan dengan strategi tepat.

Gelandang senior Bastian Schweinsteiger menganggap lebih mudah menghadapi Brasil dengan Neymar dibandingkan tanpa Neymar. Semangat Brasil untuk membawakan gelar bagi Neymar membuat tim itu jauh lebih berbahaya.

Absennya Silva yang bakal diganti oleh Dante juga diwaspadai para pemain Jerman. Dante adalah pemain Bayern Muenchen yang sangat mengenal permainan rekan-rekan seklubnya, seperti Mueller, Kroos, Manuel Neuer, Mario Gotze, Philipp Lahm, dan Schweinsteiger.

Wasit

Sementara itu, pelatih dan pemain Jerman mengkhawatirkan wasit Marco Rodriguez yang akan ditugasi memimpin laga Jerman kontra Brasil. Wasit asal Meksiko itu tidak melihat saat Luis Suarez menggigit Giorgio Chiellini pada laga Uruguay kontra Italia.

Loew mengatakan, meskipun memiliki teknik yang baik, para pemain Brasil sering melakukan pelanggaran dan bermain keras. Brasil melakukan 31 pelanggaran saat menghadapi Kolombia. Hasilnya 13 kartu kuning dilayangkan kepada para pemain Brasil. ”Gaya permainan Brasil telah berubah. Permainan keras menjadi bagian permainan mereka. Wasit harus mewaspadainya,” kata Schweinsteiger. (AP/AFP/Reuters/Telegraph/ESPN/ECA)