KOMPAS.com- Magnet Piala Dunia teramat kuat membetot perhatian jutaan orang di seluruh dunia. Agar bisa menonton laga-laga di pesta sepak bola sejagat itu, banyak pekerja di sejumlah negara nekat bolos kerja atau menipu kantor dengan surat keterangan sakit palsu.

Federasi Pekerja Malaysia (FPM) kelimpungan sebulan terakhir ini. Pasalnya, banyak anggotanya yang sering bolos kerja. Kalaupun masuk kerja, produktivitas mereka turun. Mengapa? Ternyata, mereka sering bolos lantaran malamnya begadang menyaksikan laga-laga Piala Dunia Brasil 2014.

Perbedaan waktu antara Malaysia dan Brasil memang terpaut jauh, yakni 11 jam. Dengan begitu, semua pertandingan yang digelar siang atau sore hari di Brasil bisa ditonton di Malaysia pada tengah malam hingga dini hari.

”Pada minggu pertama, kebiasaan itu (begadang untuk menonton pertandingan Piala Dunia) belum berpengaruh. Namun, pada pekan kedua, ketiga, dan keempat, pengaruh negatifnya semakin terasa (pada produktivitas kerja),” ujar Direktur Eksekutif FPM Baradan kepada AFP, pekan lalu.

FPM belum mengeluarkan angka berapa anggotanya yang sering membolos selama Piala Dunia 2014. Namun, mengacu survei yang dibuat ketika Piala Dunia 2006 di Jerman, sebanyak 56 persen anggota FPM bolos atau produktivitas kerjanya turun selama pesta sepak bola sejagat itu digelar.

Persentase itu tak main-main karena FPM memayungi jutaan pekerja di sepertiga sektor swasta. Berdasarkan data tahun 2013, jumlah anggota FPM 2 juta lebih. Mereka bekerja di 4.700-an perusahaan.

Setali tiga uang dengan pekerja di Paris, Perancis. Arnaud Monthlery, pemilik restoran, mengungkapkan, lima dari sembilan pegawainya telat masuk kerja lantaran malamnya asyik menonton laga Perancis kontra Swiss, Jumat (20/6/2014). Laga itu dimenangi Perancis, 5-2.

”Sebagai pendukung (timnas Perancis), saya senang dengan kemenangan itu. Namun, sebagai seorang pengusaha, saya khawatir performa timnas yang baik membawa keburukan (pada bisnis),” kata Monthlery.

Perilaku pekerja Australia sama saja. Mereka memilih begadang untuk menonton laga Piala Dunia Brasil dan paginya terkantuk-kantuk di kantor atau pabrik. Biasanya sebelum pertandingan yang semuanya bisa disaksikan lewat tengah malam, beredar pesan di Twitter yang isinya memohon permakluman: ”PESAN KEPADA SEMUA KARYAWAN: Mohon sabar dengan staf yang lelah hari ini. Mereka telah terjaga demi malam penuh drama olahraga”.

Di Inggris, survei terbaru yang melibatkan 1.500 pekerja menemukan hasil mencengangkan: 43 persen responden memilih cuti kerja demi menyaksikan Piala Dunia 2014. Selain itu, sebanyak 13 persen responden juga tidak segan-segan menggunakan surat keterangan sakit aspal alias asli tapi palsu.

Hal yang sama terjadi di Tiongkok. Pekerja berlomba-lomba mencari surat keterangan sakit aspal agar bisa ”nyaman” bolos setelah begadang menonton laga Piala Dunia. Permintaan surat keterangan bodong semacam itu meningkat, begitu pula penawarannya. Mesin pencarian data Tiongkok, Baidu, menemukan ribuan situs yang menawarkan surat keterangan sakit palsu lengkap dengan cap resmi dan tanda tangan dokter.

Akibat ”bolos massal” selama pergelaran Piala Dunia, produktivitas kerja menurun di sejumlah negara. Sebaliknya, ongkos ekonomi meningkat. Sebuah lembaga hukum tenaga kerja di Inggris, ELAS, menghitung, demam menonton Piala Dunia 2014 membuat ongkos ekonomi di negara ”Lady Di” itu meningkat hingga 4 miliar poundsterling (Rp 82 triliun).

Penyebabnya, 30 juta pekerja di Inggris yang rata-rata digaji 13 poundsterling per jam membuang waktu 20 menit per hari untuk berselancar di internet mengecek skor pertandingan Piala Dunia, membaca berita, dan lain-lain saat jam kerja.

Cuti tiga jam

Fenomena ”bolos massal” empat tahun sekali selama Piala Dunia memang sulit dibendung. FPM, misalnya, hanya bisa memohon agar pekerja sedapat mungkin menekan hasrat menonton Piala Dunia.

Perusahaan perekrut tenaga kerja online asal Tiongkok, Lagou.com, mencoba mencari jalan tengah dengan menawarkan cuti tiga jam per hari kepada pekerjanya yang begadang menonton sepak bola. Pekerja perusahaan itu pun menyambut gembira tawaran tersebut.

”Ketika mendengar tawaran itu, saya anggap luar biasa! Kami merasa diperhatikan dan dihargai. Dengan cuti ini kami bisa mulai bekerja pada siang hari dan tidak melewatkan pertandingan pada malam hari,” kata Direktur Bisnis Lagou.com Zhao Pinqi kepada jaringan televisi nasional Tiongkok, CNTV.

Pelatih Amerika Serikat Juergen Klinsmann, menjelang pertandingan pamungkas AS melawan Jerman di penyisihan Grup G, membuat ”surat izin” yang bisa digunakan pegawai di AS untuk meminta cuti sepanjang laga itu berlangsung. Surat yang diunggah melalui akun Twitter pelatih asal Jerman itu mampu menarik minat hingga di-retweet lebih dari 20.000 kali.

Surat Klinsmann direspons Gubernur New York Andrew Cuomo. Ia merekomendasikan semua perusahaan di negara bagian itu memberikan tambahan waktu istirahat siang agar pekerja bisa menonton laga tim AS di Piala Dunia.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah banyak yang membolos atau pura-pura sakit selama Piala Dunia? (AFP/REUTEURS/A07)