KOMPAS.com -Mayoritas penduduk Brasil beragama Katolik dan Kristen Protestan. Umat Islam di negeri itu merupakan kaum minoritas. Tidak heran, mencari masjid di kota Rio de Janeiro tak semudah menemukan gereja yang ibaratnya ada di hampir setiap tikungan jalan.

Setelah menelusuri alamat melalui internet, ditemukanlah Mesquita da Luz yang artinya Masjid An Nur di Jalan Gonzaga Bastos nomor 77, Tijuca, Rio de Janeiro. Sopir taksi yang mengantar pun tak tahu di mana letak masjid tersebut. Ia baru mengerti setelah disodori alamat yang dituju.

Jauh berbeda dengan masjid di Indonesia, menjelang shalat Jumat seperti Jumat (27/6/2014) siang waktu Brasil, Mesquita da Luz terlihat tenang. Tidak ada alunan ayat-ayat suci Al Quran seperti yang selalu diperdengarkan di masjid-masjid di Indonesia sebelum azan shalat Jumat.

Volume azan berikut materi khotbahnya juga dirancang hanya untuk didengar di dalam masjid. Khotbah berlangsung sekitar 40 menit, tergolong lama dibandingkan dengan khotbah shalat Jumat di Indonesia. Sesudah khotbah bertema perintah puasa bagi umat Islam pada bulan Ramadhan itu, dilakukan shalat Jumat yang diikuti sekitar 40 anggota jemaah.

Salah seorang anggota jemaah shalat Jumat adalah Wahyu Pamungkas, warga Indonesia yang tinggal di Ipanema, Rio de Janeiro. ”Saya selalu shalat Jumat di sini. Selamat datang di Mesquita da Luz,” ujar Wahyu, seorang pekerja di bidang perminyakan.

Seusai menunaikan shalat Jumat, jemaah diundang menikmati makan siang di kompleks Mesquita da Luz. Mereka juga dipersilakan mengambil beberapa buku referensi Islam yang dibagikan gratis.

Mohamed Zeinhom Abdien, pengurus Dewan Keluarga Masjid setempat, mengatakan, jika tidak ada acara besar seperti Piala Dunia 2014, jemaah di masjid itu hanya belasan orang. ”Dengan ada Piala Dunia, banyak orang dari luar negeri yang datang ke Brasil, termasuk Anda. Jadi kali ini shalat Jumat agak ramai. Lebih dari 30 orang,” kata Abdien yang sehari-hari bekerja sebagai pemandu wisata.

Sebagai bagian dari Muslim di Brasil, selama ini ia leluasa menunaikan ibadah. ”Tidak pernah ada hambatan saat beribadah. Anda merasakan sendiri kan bagaimana kita tadi shalat Jumat. Kami dari Dewan Keluarga Masjid juga merencanakan buka puasa bersama mulai Minggu, hari pertama puasa, dan seterusnya setiap hari. Silakan datang,” katanya lagi.

Masa penjajahan

Menurut Abdien, setidaknya tercatat satu juta pemeluk Islam di Brasil. Dari sejarahnya, pertama kali umat Islam datang ke Brasil pada dasawarsa 1500-an, ketika Pedro Alvares Cabral, pejabat militer Portugis menemukan Brasil. Di antara awak yang dibawa Cebral, terdapat beberapa pemeluk agama Islam.

Dalam perkembangan berikutnya, pada abad ke-18, serombongan Muslim masuk ke Brasil ketika ribuan budak didatangkan dari Afrika. ”Waktu itu, karena sempat dilarang mengekspresikan agama, para budak itu mengorganisasi diri. Pada 1835, mereka memberontak,” ujar Abdien.

Seiring dengan bergulirnya waktu, jumlah Muslim di Brasil makin banyak. Sosialisasi nilai-nilai dan budaya Islam di Brasil dimotori Federasi Asosiasi Muslim Brasil, disingkat Fambras, yang dipimpin Hussein Mohamed El Zoghbi, sejak 1970-an.

Terkait penyelenggaraan Piala Dunia 2014, Fambras mengedarkan panduan bagi suporter Muslim. Isinya, informasi mengenai alamat masjid, mushala, dan Pusat Kajian Islam di 12 kota arena Piala Dunia. Plus, alamat kedutaan besar dan konsul jenderal negara-negara Islam dan negara berpenduduk mayoritas Islam, salah satunya Indonesia.

Informasi sejenis bisa diperoleh dari aplikasi Salam Brasil dan hotline Salam Line. ”Fambras menyiapkan diri menyambut kaum Islam yang bertamu di Brasil untuk Piala Dunia,” kata Abdien. (Adi Prinantyo dari Rio de Janeiro)