KOMPAS.com - Jepang dan Korea Selatan memukau dunia di Piala Dunia 2002. ”Negeri Matahari Terbit” untuk pertama kali lolos ke babak 16 besar. Tim ”Negeri Ginseng” mengukir prestasi lebih hebat lagi, yakni melaju hingga semifinal. Sejak itu, kiprah negara-negara Asia tak lagi dipandang sebelah mata.

Namun, tak butuh waktu lama bagi dunia untuk kembali berpaling dari Asia. Di Piala Dunia 2014, tidak ada satu pun wakil Zona Asia yang mampu menembus babak 16 besar. Lebih parah lagi, Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Australia gagal meraih kemenangan.

Nir kemenangan itu mengulangi periode kelam kiprah Asia pada Piala Dunia 1990 di Italia. Kala itu, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan menelan tiga kekalahan di fase penyisihan grup.

Menurut Philippe Troussier, pelatih timnas Jepang dan Qatar kurun 1998-2004, tim Asia kehilangan jati diri dan karakter. ”Meski postur tubuhnya lebih kecil, tim-tim Asia unggul dalam kecepatan dan bermain penuh determinasi. Gaya itu tak terlihat selama di Brasil,” ungkap pria asal Perancis itu.

Pendapat itu rasanya tak berlebihan. Dari empat wakil Zona Asia, harapan terbesar sebenarnya ada di pundak Jepang. Pasalnya, tim ”Samurai” bergabung di Grup C yang persaingannya relatif tak seketat grup lain. Tim asuhan pelatih Alberto Zaccheroni dianggap mampu bersaing dengan Kolombia, Yunani, dan Pantai Gading.

Namun, suguhan permainan rancak antarlini, seperti saat Jepang menjuarai Piala Asia 2011, tak terlihat. Mereka tenggelam di balik nama besar Didier Drogba saat kalah 1-2 dari Pantai Gading. Mereka juga tak memiliki naluri ”membunuh” ketika bermain tanpa gol melawan 10 pemain Yunani.

”Saya sudah memilih pemain terbaik dan strategi yang sesuai. Jika gagal, itu sepenuhnya tanggung jawab saya,” ujar Zaccheroni yang langsung mundur seusai Jepang takluk 1-4 dari Kolombia di laga terakhir.

Carlos Queiroz juga meletakkan jabatan sebagai pelatih Iran setelah timnya gagal bersaing dengan Argentina, Nigeria, dan Bosnia-Herzegovina di Grup F. Kinerja lini belakang yang cukup disiplin tak diimbangi dengan ketajaman para penyerang.

Sementara Australia, yang posturnya mirip pemain Eropa, tak dibekali teknik yang mumpuni untuk bersaing dengan tiga tim top dunia, Belanda, Spanyol, dan Cile. Zona Asia pun tak lagi membuat dunia terpana. (bbc/the guardian/riz)