”Faktor lain stabilitas permainan kami adalah berbagi peran antara yayasan, pelatih, dan orangtua,” ujar Manajer SSB ASIOP Apacinti Young Alamsyah, Minggu (27/4).

Yayasan menanggung biaya, pelatih membina, dan orangtua tidak boleh mencampuri teknis latihan dan pertandingan. Mereka harus menghormati kebijakan pelatih.
Jika ada campur tangan orangtua, pembinaan pemain akan rusak.

”Sebelum ikut kompetisi, termasuk Liga Kompas Gramedia U-14, orangtua pemain dikumpulkan. Kami tegaskan bahwa mereka tidak boleh memengaruhi pelatih supaya anaknya dimainkan. Jika itu terjadi, anak mereka akan langsung kami coret. Selain itu, mereka juga harus mendukung dengan cara yang wajar tidak melanggar sportivitas,” kata Young.

Sekolah sepak bola (SSB) yang merupakan bentuk pengabdian sosial perusahaan tekstil PT Apac Inti itu juga menerapkan sports science. ASIOP menyediakan dokter dan psikolog.

Psikolog akan memberikan pendampingan jika ada pemain muda yang mengalami kendala. Orangtua juga bisa berkonsultasi dengan psikolog dan dokter mengenai kondisi anak mereka.

”Operasional pembinaan itu kami tanggung biayanya. Kami juga memberikan beasiswa bagi pemain muda yang berprestasi, ada yang 100 persen dan 50 persen, serta ada asrama. Mereka kita sekolahkan dan bertanggung jawab berlatih sebaik mungkin,” ujar Young.

Pembinaan SSB ASIOP Apacinti ini, kata Young, telah menghasilkan sejumlah pemain tim nasional, seperti gelandang Egi Melgiansyah dan kiper Andritany Ardhiyasa. ASIOP terus berkomitmen membentuk pemain-pemain masa depan Indonesia.