Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klub-klub Eropa Melawan Kelelahan

Kompas.com - 04/04/2013, 07:10 WIB

TERLALU padatnya jadwal pertandingan yang harus dijalani para pesepak bola di liga-liga Eropa sempat dikeluhkan banyak pemain dan pelatih pada musim ini. Kelelahan akibat padatnya jadwal tanding itu dituding sebagai salah satu penyebab tidak konsistennya penampilan tim-tim papan atas.

Hal itu sebenarnya tidak berlebihan karena sejumlah klub di liga-liga elite Eropa, seperti Inggris, Italia, dan Spanyol, harus menjalani jadwal pertandingan yang sangat padat sehingga banyak pemainnya yang lalu cedera. Padahal, selain wajib bermain untuk klubnya, para pemain pun harus berlaga mewakili negaranya, khususnya untuk kualifikasi Piala Dunia 2014.

Juara Liga Champions Eropa 2012, Chelsea, misalnya, sempat limbung akibat para pemainnya kelelahan dan banyak yang cedera. Bintang Chelsea Fernando Torres sampai meminta agar Federasi Sepak Bola Inggris (FA) mengevaluasi lagi jadwal pertandingan yang harus dilakoni Chelsea. Pasalnya, Chelsea harus menjalani tiga pertandingan dalam rentang waktu enam hari.

”Jadwalnya sangat gila, seseorang harus mengevaluasinya. Di Inggris, saya tidak mengerti mengapa kita memulai lebih awal ketimbang liga-liga lain di dunia. Kami baru selesai hanya seminggu lebih awal dan tidak berhenti saat Natal. Kemudian, kami harus bertanding setiap tiga hari,” kata penyerang itu.

Pemain belakang Chelsea Gary Cahill juga mengakui, para pemain Chelsea berada dalam kondisi sangat kelelahan sehingga menyerah mudah 0-2 dari Manchester City, Februari lalu.

Chelsea yang kalah dari Southampton 1-2 di Liga Inggris (30 Maret) bisa bangkit di perempat final Piala FA dengan menyingkirkan Manchester United, 1-0, pada 1 April. Atau, hanya berselang dua hari setelah tumbang dari Southampton.

Menang melawan MU tak bisa dinikmati para pemain Chelsea karena mereka harus bertarung melawan Rubin Kazan di Liga Europa (4 April). Setelah itu, Chelsea juga harus menjalani laga di Liga Premier Inggris melawan Sunderland (7 April), kemudian melawan Rubin Kazan lagi pada putaran kedua, 11 April. Kemenangan atas MU itu harus dibayar mahal Chelsea dengan cederanya Ashley Cole.

Kekhawatiran terjadi kelelahan dan cedera pemain juga menjadi pikiran pelatih Juventus Antonio Conte menjelang pertandingan ketiga yang harus dijalani Juve dalam tujuh hari.

Conte menuding kelelahan pemain sebagai penyebab kekalahan Juve dari Roma, 0-1 (16 Februari 2013). Kekalahan itu adalah kekalahan kedua Juve di Serie A setelah sebelumnya memenangi laga di Liga Champions. Juve dikalahkan 0-1 oleh AC Milan (25 November 2012) setelah sebelumnya menang atas Chelsea 3-0 (20 November 2012) di Liga Champions. Kekalahan dari Roma itu juga terjadi setelah ”Bianconeri” mengalahkan Celtic 3-0 di Liga Champions (12 Februari 2013).

Real Madrid pun pernah merasakan dampak jadwal tanding gila-gilaan ini. Setelah menang 5-1 atas Athletic Bilbao (17 November 2012), tim asuhan Jose Mourinho itu hanya bisa mengimbangi Manchester City 1-1 (21 November), dan kemudian dikalahkan Real Betis 0-1 (24 November) di La Liga. Pada periode lainnya, Madrid dikalahkan Celta Vigo 1-2 (12 Desember), seri melawan Espanyol 2-2 (16 Desember), dan kalah dari Malaga 2-3 (22 Desember 2012).

Padatnya jadwal pertandingan itu memaksa banyak klub papan atas Eropa harus bertanding rata-rata empat hari sekali. Meski dalam praktiknya ada masa di mana mereka memiliki jeda tujuh hari, pada masa berikutnya kadang mereka harus menjalani tiga pertandingan dalam satu minggu.

Bayern Muenchen, contohnya. Pada bulan Maret hingga awal April ini Bayern harus menjalani empat pertandingan dengan rentang antarpertandingan selama empat hari, yaitu melawan Hamburg SV (30 Maret), melawan Juventus di Liga Champions (2 April), melawan Frankfurt (6 April), dan melawan Juventus lagi di Liga Champions pada 10 April.

Barcelona pun lebih kurang sama. Mereka bertanding melawan Celta Vigo di La Liga (30 Maret), melawan Paris Saint-Germain (PSG) di Liga Champions (2 April), melawan Mallorca (6 April), dan kemudian melawan PSG lagi di Liga Champions pada 10 April, dilanjutkan dengan melawan Real Zaragoza di La Liga (14 April).

Padatnya jadwal memaksa setiap klub mengoptimalkan semua anggota timnya, dengan merotasi tampilnya para pemain. Di satu sisi, sistem rotasi ini cukup membantu pemulihan pemain. Namun, sering kali pemain pengganti tidak memiliki kualitas yang sebanding sehingga harus dibayar dengan hasil seri atau kalah. (AFP/Reuters)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com