PARIS, KOMPAS.com — Pelatih Jerman Joachim Loew menyatakan, timnya mendominasi persepakbolaan dunia dengan kinerja dan efisiensi yang tak terbantahkan.
"Pada masa-masa ini, Anda tak bisa memenangi gelar juara dengan permainan buruk. Anda harus mengalahkan lawan dengan permainan berstruktur bagus dan ide yang lain dari yang lain," sebut Loew kepada koran Perancis, Le Parisien, Senin (4/2/2013).
Metode itu akan diterapkan pria berusia 53 tahun itu saat timnya beruji coba dengan Perancis di Paris, Rabu (6/2/2013).
Sejak menerima tampuk nakhoda Die Mannschaft dari Juergen Klinsmann pada 2006, Loew telah mengorbitkan sejumlah talenta seperti Mesut Oezil, Thomas Mueller, Mario Gomes, Sami Khedira, hingga Lukas Podolski. Dengan talenta-talenta orbitannya itu, Loew minimal menyetir Jerman hingga semifinal dalam tiga turnamen internasional terakhir, termasuk finis sebagai runner-up Euro 2008 setelah dikalahkan Spanyol di partai puncak.
"Saya gembira, kami dapat mengalahkan Belanda, Argentina, dan Inggris dengan permainan spektakuler dan bukan hanya karena kami unggul dalam hal tekling. Itu masa lalu. Kami ingin mengubah kultur timnas Jerman. Kami sedang mengarah ke sana. Sekarang, kami ingin memenangi Piala Dunia (Brasil 2014) berbekal sepak bola atraktif," tegas Loew.
Jerman memuncaki klasemen Grup C Pra-Piala Dunia dengan mengepak 15 gol yang direkam hanya dalam empat laga, termasuk partai menegangkan melawan Swedia yang berkesudahan 4-4, meski tim Panser sempat unggul 4-0. Loew percaya skenario seperti itu yang selaras dengan visi yang diinginkannya untuk mengubah kultur sepak bola timnas Jerman yang cenderung kaku.
"Anda bisa saja bermain buruk dan menang sekali dua, tetapi itu tak akan bertahan lama. Apa yang saya paling inginkan setelah bertanding adalah menyatakan permainan kami lebih baik ketimbang yang dipertontonkan lawan," papar Loew.
"Filosofi saya sudah jelas dari awal: jangan berharap bola dilambungkan ke depan dan berharap sebuah gol dari serangan tanpa arah. Gelar juara adalah bagi mereka yang terbaik, setiap tim ingin menang, tetapi Anda harus meninggalkan kebiasaan yang biasa Anda mainkan. Orang masih dapat berkata, tim ini bagus, meski kalah. Itu lebih esensial memancing emosi dan orang cenderung akan mengingatnya pada masa mendatang," sambung mantan Pelatih VfB Stuttgart itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.