Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anton: PSSI-KPSI Korbankan Kepentingan Bangsa

Kompas.com - 09/12/2012, 19:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kisruh persepakbolaan Indonesia terus dipantau FIFA. Dan, jika tak diselesaikan kurang dari sepekan ke depan, persepakbolaan Indonesia akan dikucilkan dari dunia internasional. Batas waktunya 10 Desember, tetapi kemungkinan sanksi baru ditandatangani pada 14 Desember. Herannya, pengurus sepak bola Indonesia justru tak responsif, bahkan berlagak seperti juara dunia.

"Draf surat pembekuan sepak bola Indonesia sudah jadi dan siap ditandatangani FIFA di Jepang pada 14 Desember nanti," ucap Anton Sanjoyo, pengamat sepak bola yang juga wartawan Kompas, dalam wawancaranya dengan TVOne, Minggu (9/12/2012) petang.

Menurut Anton, kalau surat itu resmi diteken, persepakbolaan Indonesia akan dikucilkan dari dunia internasional. Herannya, lanjut Anton, PSSI dan KPSI justru mengedepankan kisruh demi kepentingan masing-masing dan mengorbankan kepentingan bangsa.

Sejauh ini, FIFA memandang tak ada tindakan nyata dari PSSI dan KPSI untuk menyelesaikan karut-marut permasalahan sepak bola Indonesia, dari dualisme kompetisi hingga permasalahan timnas.

Menurut Anton, kedua pihak seharusnya segera melaksanakan apa yang tertuang dalam MOU hasil Kongres Luar Biasa Solo, yang diteken Sekjen FIFA Jerome Valcke. Namun, belum ada tindakan nyata ke arah tersebut, padahal itu adalah kongres terakhir yang diakui FIFA dan AFC.

"FIFA jelas marah dengan hal itu. Kita, kan, bukan Brasil atau Spanyol. Prestasi saja tidak ada, tetapi tingkah laku seperti juara dunia. Kalau Indonesia dijatuhi sanksi oleh FIFA, PSSI dan KPSI yang harus bertanggung jawab. Demi melanggengkan kekuasaan, mereka mengorbankan kepentingan bangsa," tutur pria yang akrab disapa Joy tersebut.

Dalam wawancara itu juga dihadiri Djamal Azis, anggota Joint Committee dari KPSI.

"Ya, kami tahu 14 Desember mendatang ada pertemuan Exco FIFA di Jepang. Kami akan lakukan segalanya untuk bersama membantu mengatasi masalah ini," ucap Djamal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com