Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Matematika" Sistem Poin FIFA

Kompas.com - 14/10/2012, 21:17 WIB

KOMPAS.com - Sejak pertama kali diberlakukan pada Desember 1992, Asosiasi Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) telah mengubah sistem perhitungan poin sebagai referensi penentuan peringkat FIFA. Saat ini, FIFA memberlakukan perhitungan poin baru seusai Piala Dunia Afrika Selatan 2010.

Lantas bagaimana cara menghitung poin bagi negara-negara yang bertanding?

Berikut penjelasan dari Kompas.com seperti yang menjadi standarisasi FIFA sejak dua tahun lalu:

Faktor-faktor yang penentuan poin yang didapat dalam setiap pertandingan terdiri dari hasil pertandingan, status pertandingan, kekuatan lawan, dan kekuatan regional.

1. Hasil pertandingan
- Menang bernilai 3 poin
- Menang melalui adu penalti bernilai 2 poin
- Seri bernilai 1 poin
- Kalah melalui adu penalti bernilai 1 poin
- Kalah tak mendapat nilai

2. Status pertandingan
Status pertandingan digunakan sebagai faktor pengali. Semakin penting pertandingan yang dijalankan, kian besar juga faktor pengalinya.
- Laga uji coba dikalikan 1,00
- Laga kualifikasi Piala Kontinental (contoh: Piala Asia, Piala Eropa, dsb) dan Piala Dunia dikalikan 2,50
- Putaran final Piala Kontinental dikalikan 3,00
- Putaran final Piala Dunia dikalikan 4,00

3. Kekuatan dan peringkat lawan
Semakin tinggi peringkat lawan yang dihadapi, maka makin besar poin yang bisa diraih. Calon lawan yang dihadapi juga masuk sebagai faktor pengali dengan rumus yang ditetapkan:

Pengali kekuatan lawan = (200 - peringkat FIFA lawan) / 100

Contohnya: kalau melawan Jerman (peringkat 2 dunia), maka faktor pengalinya adalah (200 - 2) / 100 = 1,98 Bagi setiap tim yang menghadapi peringkat pertama dunia, maka faktor pengalinya otomatis menjadi 2,00 bukan 1,99. Dan, bagi yang melawan tim dengan peringkat ke-150 dunia ke bawah, maka akan dibulatkan menjadi 0,50.

4. Kekuatan regional  FIFA juga akan memperhitungkan kekuatan lawan dari segi regional atau wilayah, misalnya AFC, UEFA, Conmebol, dsb. Setiap konfederasi diberi bobot antara 0,85 sampai 1,00, berdasarkan penampilan relatif konfederasi dalam tiga piala dunia terakhir. Untuk faktor pengali  terbaru, maka akan digunakan seusai Piala Dunia Afsel 2010 lalu. Berikut nilainya:
- UEFA dikalikan 1,00
- Conmebol dikalikan 1,00
- Concacaf dikalikan 0,88
- AFC dikalikan 0,86
- CAF dikalikan 0,86
- OFC dikalikan 0,85
Faktor pengali yang digunakan merupakan rerata bobot kekuatan dua tim yang saling berhadapan, dengan rumus:

Pengali kekuatan regional = (Bobot regional tim 1 + bobot regional tim 2) / 2

Contohnya, Indonesia melawan Jerman, maka faktor pengalinya adalah (0,86 + 1,00) / 2 = 0,93

Perhitungan poin terakhir

Semua faktor tersebut dikalikan dan hasilnya akan dikali 100, kemudian dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.

Perhitungan poin = 100 x ((hasil pertandingan) x (status pertandingan) x (kekuatan lawan) x (kekuatan regional))

Misalkan Indonesia menang lewat waktu normal menghadapi Jerman di ajang Piala Dunia:
Hasil pertandingan: Indonesia 2-0 Jerman
Poin Indonesia: 100 x (3 x 4 x 1,98 x 0,93) = 2209,68 atau dibulatkan menjadi 2210 poin

Menentukan Poin untuk Peringkat FIFA

Setelah didapat poin terakhir, selanjutnya FIFA akan mengakumulasi poin setiap negara selama empat tahun terakhir. Contoh, mengapa Indonesia saat ini memiliki poin 111 dan berada di peringkat ke-170 dunia:
- Pada 2009: 97,11 poin rata-rata dikalikan bobot 20 persen = 19,42
- 2010: 38,68 poin rata-rata dikalikan bobot 30 persen = 11,6
- 2011: 114,35 poin rata-rata dikalikan bobot 50 persen = 51,18
- 2012: 22,36 poin rata-rata dikalikan bobot 100 persen = 22,36

Hasil poin yang didapat Indonesia: (19,42 + 11,6 + 57,18 + 22,36) = 111 poin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com