Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Portugal Makin Percaya Diri

Kompas.com - 26/06/2012, 15:53 WIB

WARSAWA, KOMPAS.com - Memulai kejuaraan dengan kekalahan dari Jerman dan sempat nyaris tersingkir, kini Portugal masuk empat besar alias semifinal, sejajar dengan Jerman, Spanyol, dan Italia. Ekspektasi yang tadinya menurun, kini membumbung dan Portugal pantas berangan mengangkat trofi Henri Delaunay di Ukraina pada final Piala Eropa 2012.

Salah satu kekuatan utama dari permainan Portugal adalah kontinuitas strategi. Formasi 4-3-3 tidak berubah sejak play-off babak kualifikasi melawan Bosnia dan Herzegovina. Tiga pemain di barisan depan juga tetap menampilkan wajah yang sama. Helder Postiga atau Hugo Almeida menjadi sosok di garda terdepan lini serang diapit oleh dua winger eksplosif, Cristiano Ronaldo dan Nani. Komposisi pemain juga dibuat tidak berubah. Selama empat pertandingan terakhir, Pelatih Portugal, Paulo Bento memainkan pemain yang sama. Hal ini membuat tim mudah beradaptasi. Pemain pun saling memahami tipikal permainan antarindividu satu sama lain.

Memiliki Cristiano Ronaldo menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Ronaldo mampu menjadi pembeda di lapangan. Gol penentunya ke gawang Ceko di perempat final melambungkan Portugal ke semifinal. Rekan setimnya, Joao Moutinho, mendeskripsikan CR7 sebagai pemain yang komplet.

"Dia (Ronaldo) memiliki segalanya, memiliki kecakapan baik aspek fisik maupun mental. Sulit mencari kelemahannya. Sundulannya kuat, tendangannya keras, dan dia berlari dengan sangat cepat," kata Moutinho.

Meski memiliki Ronaldo yang siap mencetak gol kapan saja, namun Portugal enggan bergantung pada pemain Real Madrid ini. Istilah Ronaldo-dependent atau ketergantungan berlebih kepada Ronaldo dibuang jauh-jauh dari tubuh "Seleccao das Quinas". Banyak pemain seperti Nani, Raul Mereiles, dan Joao Moutinho yang siap mendobrak lini pertahanan lawan bila Ronaldo dijaga ketat.

"Portugal juga Ricardo-dependent, Eduardo-dependent, dan (Raul) Mereiles-dependent. Ronaldo memang pemain yang menunjukkan standar permainan kami. Dia pemain terbaik di dunia, tapi kami tidak ingin terlalu bergantung kepadanya," ujar pemain belakang Portugal, Ricardo Costa.

Portugal selalu terlambat panas dalam memulai sebuah pertandingan. Finalis Piala Eropa 2004 ini mencetak gol di tengah pertandingan atau membalas gol lawan. Portugal bagus dalam merespons sebuah keadaan. Kemenangan atas Belanda dan Denmark lahir setelah lawan memimpin terlebih dahulu. Namun, Portugal kurang tenang dalam merespons gol Jerman di fase grup sehingga pertandingan berakhir dengan kekalahan.

Perjalanan yang makin memuaskan itu membuat Portugal makin percaya diri menghadapi Spanyol di semifinal. Koran berbahasa Portugis, Record menyatakan, "Portugal tidak takut kepada Spanyol". Sementara harian O Jogo lebih memusatkan perhatian pada anak emas Paulo Bento, Cristiano Ronaldo. Headline di harian itu bertajuk "Ronaldo Lebih baik dari (Lionel) Messi dan semuanya."

Misi kini sudah ditetapkan, laga final bukan sekadar impian. Melawan juara bertahan, permainan pragmatis dan bertahan bukan jadi pilihan.

"Kami sangat menghargai mereka (Spanyol), tapi kami juga menaruh respek kepada tim kami. Kami punya skuad yang hebat dan pemain besar. Kami juga percaya dengan gaya permainan kami," ujar bek sayap Portugal, Joao Pereira.

Modal Portugal untuk berlaga di final rasanya sudah cukup, tapi mampukah tim yang berhasil menyabet gelar "Tim dengan Permainan Paling Menghibur" di Piala Dunia 2006 ini mengalahkan juara bertahan, Spanyol, dan menundukkan lawan antara Italia dan Jerman di Laga final di Kiev?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com