Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meraih Impian Terakhir

Kompas.com - 19/05/2012, 10:27 WIB

KOMPAS.com — Andaikan minggu lalu Bayern Muenchen juara Piala Jerman, hati mereka mungkin tak terlalu berdebar-debar menghadapi pertandingan final Liga Champions, Sabtu (19/5/2012) ini. Namun, apa mau dikata, menjelang menghadapi Chelsea di Stadion Fussball Arena, mereka digebuk Dortmund dengan skor amat memalukan, 2-5.

Muenchen gagal meraih trofi Piala Jerman. Sementara itu di Bundesliga, mereka juga hanya menempati urutan kedua, setingkat di bawah Dortmund yang musim ini juara. ”Kalah 2-5 bukan lagi nasib. Bukan juga kesialan. Kami harus mengaku apa adanya. Ini sungguh hal yang amat memalukan. Setiap gol, bagi pemain Dortmund terasa bagai tempelengan menyakitkan,” kata Presiden FC Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge.

”Melawan Dortmund, anak-anak Muenchen bermain seperti Hertha,” komentar penonton di Stadion Berlin. Komentar itu sungguh suatu ejekan karena Hertha Berlin adalah klub yang tahun ini terdegradasi ke Divisi II Bundesliga. Meladeni Dortmund yang bermain dengan teknik tinggi dan modern, permainan Muenchen terlihat ketinggalan zaman. Maka, koran Die Welt berkomentar, ”Dortmund melawan Muenchen ibarat Facebook berhadapan dengan album puisi.” Atau, seperti pertandingan yang tidak seimbang, saat yang muda membuat kewalahan yang tua, ibarat ”Juergen Klopp, Pelatih Dortmund, yang baru berusia 44 tahun, melawan Jupp Heynckes, Pelatih Muenchen, yang sudah berusia 66 tahun.”

Apakah dalam final Piala Jerman di Berlin itu Muenchen demikian tidak meyakinkan? ”Ya, permainan kami sungguh membawa musibah, lebih-lebih di sektor pertahanan,” kata Heynckes. Heynckes menyebut pertahanan Muenchen ”gagap, panik, dan tidak disiplin”. Menghadapi Chelsea, Arjen Robben mengingatkan keras, Muenchen perlu memperbaiki pertahanan. ”Melawan Dortmund, kami terlalu banyak menghadiahi gol,” kata Robben, mengecam longgarnya pertahanan timnya.

Namun, melawan Dortmund, Muenchen kalah tidak hanya di sektor pertahanan. Secara keseluruhan, mereka juga lamban dalam bergerak dan tak terlihat gesit dalam mengembangkan ide permainan. Berhadapan dengan pemain Dortmund yang cepat dan cerdik, pemain seperti Robben dan Franck Ribery bahkan sering terlalu lama menahan bola dan tampak kehilangan inisiatif.

Semua kelemahan ini sudah dicatat dengan cermat oleh Roberto Di Matteo. Pelatih Chelsea ini memang menyempatkan datang ke Berlin dan melihat sendiri bagaimana Muenchen kedodoran dicabik-cabik Dortmund. ”Saya telah memperoleh beberapa ide menarik,” kata Di Matteo. Ia tidak memaparkan apakah idenya itu. Jelas, ia paham, manakah lubang kelemahan Muenchen yang bisa dimanfaatkan tim asuhannya.

Di Matteo, demikian juga pemainnya, bertekad meraih kemenangan di kejuaraan antarklub Eropa paling bergengsi itu. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? ”Meraih final Liga Champions sangatlah sulit. Sulit, tidak hanya bagi pemain senior yang telah berulang kali mencoba dan gagal, tetapi juga bagi pemain muda yang belum tentu bisa mewujudkan harapannya. Maka, orang tidak bisa bilang, lain kali, kan, masih ada kesempatan. Tidak, sekaranglah kesempatan itu. Maka, malam ini adalah saat yang menentukan sejarah kesebelasan kami. Jika kami berhasil, kami akan bergabung dengan kalangan sepak bola elite di Eropa,” kata Di Matteo.

Menurut Di Matteo, seperti dalam hidup, dalam bola pun kita tak pernah tahu apa yang bakal terjadi di sudut hidup kita. ”Apa yang terjadi pada saya selama musim ini sungguh di luar perkiraan saya. Namun, saya harus siap jika kesempatan datang. Saya telah berusaha sedapat mungkin untuk mengantar para pemain sampai ke final ini, dan saya akan meneruskannya sebaik mungkin, sampai detik terakhir,” kata Di Matteo.

”Final itu ada bukan untuk hal lain, kecuali untuk dimenangi,” kata Didier Drogba. Drogba, seperti juga Frank Lampard dan John Terry, adalah ”Old-Boys Chelsea”. Rasanya, bagi mereka, merebut piala Liga Champions adalah kesempatan terakhir untuk meraih impian terindah dalam karier mereka. Jadi, usia mereka yang tergolong ”uzur” justru bisa menjadi pemicu hasrat untuk meraih piala.

Maka, usia tua janganlah disepelekan. Karena itu, Jupp Heynckes mengingatkan agar anak-anaknya mewaspadai para pemain senior Chelsea itu. ”Pemain yang sedang berada di fase akhir perjalanan kariernya akan menjadi sangat berbahaya jika mereka mendapat kesempatan yang luar biasa, seperti final Liga Champions ini.”

Walau bermain di kandang sendiri, final ini memang tidak mudah bagi Muenchen. Kalau tidak hati-hati, mereka bisa mengalami nasib seperti Bayer Leverkusen 10 tahun lalu. Saat itu, Leverkusen kalah sebelum pertandingan akhir Bundesliga, lalu kalah lagi dalam final DFB Pokal atau Piala Jerman, lalu dipukul Real Madrid di final Liga Champions. Seperti Leverkusen, menjelang final Piala Champions ini Muenchen sudah terpelanting dalam dua kesempatan emas: gagal di Piala Jerman dan kandas di Bundesliga. Akankah kemudian malam ini mereka juga bernasib sama seperti Leverkusen 10 tahun lalu?

”Tidak. Kendati musibah menimpa kami sewaktu melawan Dortmund, kami tak akan kehilangan juara Liga Champions. Sungguh saya tidak ingin membayangkan, akhir musim ini Muenchen hidup tanpa trofi apa pun,” kata legenda dan sekaligus presiden kehormatan Bayern Muenchen, Franz Beckenbauer.

Di Matteo mengatakan yang sama. Menurut dia, kekalahan Muenchen dari Dortmund tidak akan memengaruhi permainan mereka melawan Chelsea nanti. ”Berapa pun gol di gawang mereka, itu tidak berperan apa-apa. Muenchen kesebelasan hebat. Saya pikir, kans untuk kami dan mereka adalah sama, 50:50,” kata Di Matteo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Siaran Langsung dan Link Live Streaming Indonesia Vs Australia Pukul 20.00 WIB

    Siaran Langsung dan Link Live Streaming Indonesia Vs Australia Pukul 20.00 WIB

    Timnas Indonesia
    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Larangan STY demi Poin Perdana

    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Larangan STY demi Poin Perdana

    Timnas Indonesia
    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Ancaman Olyroos ke Gawang Garuda

    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Ancaman Olyroos ke Gawang Garuda

    Timnas Indonesia
    Teco Harap Tak Ada Match Fixing di Laga Krusial Liga 1 2024

    Teco Harap Tak Ada Match Fixing di Laga Krusial Liga 1 2024

    Liga Indonesia
    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Dukungan 3.000 Suporter untuk Garuda Muda

    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Dukungan 3.000 Suporter untuk Garuda Muda

    Timnas Indonesia
    Alarm Bahaya untuk Borneo FC

    Alarm Bahaya untuk Borneo FC

    Liga Indonesia
    Kento Momota Pensiun dari Timnas Jepang Usai Piala Thomas 2024

    Kento Momota Pensiun dari Timnas Jepang Usai Piala Thomas 2024

    Badminton
    Rentetan Masalah Persebaya Usai Kalah Telak di Kandang Sendiri

    Rentetan Masalah Persebaya Usai Kalah Telak di Kandang Sendiri

    Liga Indonesia
    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Vidmar Prediksi Formasi Garuda

    Timnas U23 Indonesia Vs Australia, Vidmar Prediksi Formasi Garuda

    Timnas Indonesia
    Penantian Febri Hariyadi Cetak Gol untuk Persib, Harapan Pelatih

    Penantian Febri Hariyadi Cetak Gol untuk Persib, Harapan Pelatih

    Liga Indonesia
    Link Live Streaming Indonesia Vs Australia di Piala Asia U23, Kickoff 20.00 WIB

    Link Live Streaming Indonesia Vs Australia di Piala Asia U23, Kickoff 20.00 WIB

    Timnas Indonesia
    Kevin De Bruyne Lewati Rekor Rooney di Liga Champions Saat Bela Man United

    Kevin De Bruyne Lewati Rekor Rooney di Liga Champions Saat Bela Man United

    Liga Champions
    Empat Fakta Jelang Indonesia Vs Australia

    Empat Fakta Jelang Indonesia Vs Australia

    Timnas Indonesia
    Kabar Baik dan Buruk Persib Jelang Lawan Persebaya

    Kabar Baik dan Buruk Persib Jelang Lawan Persebaya

    Liga Indonesia
    Cerita Unik di Balik Kemenangan PSM atas PSIS

    Cerita Unik di Balik Kemenangan PSM atas PSIS

    Liga Indonesia
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com