Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Euforia Bangsa Kalah

Kompas.com - 23/12/2010, 03:04 WIB

INDRA TRANGGONO

Nasionalisme kita terasa berdenyut kembali saat tim nasional Indonesia berjaya dalam perhelatan sepak bola Piala AFF 2010. Ada yang terasa ”aneh” ketika momentum itu terjadi: ternyata kita masih punya nasionalisme!

Selama ini nasionalisme kita ketlingsut (tersingsal) di rongga hati paling dalam. Berbagai peristiwa sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang dihadirkan penyelenggara negara telah gagal menerbitkan nasionalisme kita itu ke permukaan. Bahkan, praktik-praktik negara justru cenderung ”membunuh” rasa bangga atas bangsa. Para penyelenggara negara telah menghapus ”alamat” negara ketika mereka mengubah negara ini jadi pasar bebas. Rakyat hanya dijadikan himpunan besar konsumen.

Menjalani takdir sebagai bangsa konsumen merupakan bentuk kekalahan bangsa ini atas agen pasar bebas, yakni para penyelenggara negara itu sendiri. Kekalahan bangsa ini pun berlanjut dan terjadi beruntun. ”Gawang” kerakyatan kita digelontor gol demi gol oleh ”tim koruptor”, ”tim penelikung konstitusi”, ”tim politik hitam”, ”tim ekonomi hitam”, ”tim hukum hitam”, dan ”kesebelasan siluman” lain yang adidaya. Ironisnya, negara diam, melakukan politik pembiaran.

Saraf-saraf nasionalisme

Dalam posisi sebagai pesakitan itu mendadak muncul blessing in disguise: timnas sepak bola Indonesia memberikan cipratan kesejukan bagi tatu arang kranjang (luka parah) bangsa ini. Prestasi timnas jadi energi yang menggerakkan simpul-simpul saraf nasionalisme kita. Kejumudan atas apatisme kebangsaan yang dikonstruksi negara mendadak retak dan pecah.

Muncullah kesadaran baru itu: kebanggaan atas kebangsaan kita yang sejatinya selalu kita miliki. Timnas kita memang belum sehebat Brasil, Argentina, Spanyol, Belanda, atau bahkan Jepang dan Korsel. Timnas pun belum mampu tampil di panggung sepak bola dunia. Dibanding Piala Dunia, Piala AFF hanyalah kelas ”kecamatan”. Namun, teater yang dihadirkan Firman Utina dan kawan-kawan telah memukau, mengaduk-aduk emosi dan berakhir dengan memberikan kelegaan berupa kemenangan. Setidaknya, di level sepak bola Asia Tenggara, kepala kita bisa menengadah karena kita punya martabat. Inilah poin penting yang diberikan timnas kita.

Persoalan terbesar bangsa ini adalah kerapuhan martabat akibat krisis etik dan krisis etos. Etika merupakan orientasi nilai yang memandu kita pada asas kepatutan, kepantasan, dan kewajaran. Etika lekat bersinggungan dengan moralitas yang selalu bicara tentang nilai baik-buruk dan benar-salah.

Krisis etik berakibat pada defisit moral: penyusutan nilai-nilai kebaikan dalam setiap tindakan. Krisis tecermin pada pelbagai penyimpangan nilai-nilai kehidupan yang berujung pada korupsi dan tindakan manipulatif atas nilai, misalnya politik yang tak jujur/bersih, hukum yang diskriminatif, ekonomi yang tidak distributif, dan lainnya.

Adapun etos merupakan energi nilai yang melahirkan kreativitas dan pelbagai sikap/tindakan ideal. Krisis etos tecermin pada pelbagai kemandekan gagasan dan kreativitas yang berakibat pada penguatan budaya instan, pragmatis, plagiasi, dan lainnya. Terlalu menyederhanakan masalah jika menganggap berbagai persoalan berbangsa dan bernegara otomatis selesai oleh prestasi sepak bola kita. Sepak bola hanya bagian kecil megaproyek ideal kebudayaan bangsa.

Pelajaran terbesar yang kini mengemuka adalah menjadikan kebudayaan sebagai basis tata kelola kekuasaan. Kebudayaan berakar pada nilai-nilai kolektif (prorakyat), plural dan toleran. Nilai-nilai itu, antara lain, bersumber dari budaya lokal kita. Kebudayaan yang berwatak populis, mengutamakan sipil dan mandiri dalam politik dan ekonomi semestinya menggantikan kapitalisme liberal/demokrasi liberal yang terbukti telah mengasingkan negara dari rakyat, menyuburkan kemiskinan/ketidakberdayaan di semua sektor kehidupan dan menghanguskan etik/etos kolektif kita.

Kita berharap prestasi sepak bola kita bukan jadi alat ”mengelabui” rakyat atas berbagai kasus besar penyimpangan tata kelola kekuasaan. Dengan demikian, euforia yang muncul bukan euforia dari bangsa kalah, melainkan bangsa kuat dan bermartabat. Ini menantang penyelenggara negara untuk melahirkan martabat dalam politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya.

INDRA TRANGGONO Pemerhati Budaya; Anggota Pengurus Majelis Luhur Tamansiswa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Timnas Indonesia
Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Badminton
Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Timnas Indonesia
Xavi Putuskan Bertahan di Barcelona hingga Juni 2025

Xavi Putuskan Bertahan di Barcelona hingga Juni 2025

Liga Spanyol
Liverpool Tumbang di Tangan Everton, Van Dijk Bicara Perebutan Gelar

Liverpool Tumbang di Tangan Everton, Van Dijk Bicara Perebutan Gelar

Liga Inggris
Man United Vs Sheffield United: Bruno Berjaya, Kemenangan MU Hal Utama

Man United Vs Sheffield United: Bruno Berjaya, Kemenangan MU Hal Utama

Liga Inggris
Thomas dan Uber Cup 2024: Momen Penguatan Semangat Jelang Olimpiade

Thomas dan Uber Cup 2024: Momen Penguatan Semangat Jelang Olimpiade

Badminton
Siaran Langsung dan Live Streaming Indonesia Vs Korsel Malam Ini

Siaran Langsung dan Live Streaming Indonesia Vs Korsel Malam Ini

Timnas Indonesia
Persib Bandung Vs Borneo FC, Siasat Pieter Huistra Manfaatkan Laga

Persib Bandung Vs Borneo FC, Siasat Pieter Huistra Manfaatkan Laga

Liga Indonesia
Klasemen Liga Inggris: Liverpool Gagal Pepet Arsenal, Terancam Man City

Klasemen Liga Inggris: Liverpool Gagal Pepet Arsenal, Terancam Man City

Liga Inggris
Hasil Man United Vs Sheffield United 4-2: Roket Fernandes, Setan Merah Menang

Hasil Man United Vs Sheffield United 4-2: Roket Fernandes, Setan Merah Menang

Liga Inggris
Hasil Everton Vs Liverpool, The Reds Tumbang, Gagal Dekati Arsenal

Hasil Everton Vs Liverpool, The Reds Tumbang, Gagal Dekati Arsenal

Liga Inggris
Link Live Streaming Everton Vs Liverpool, Kickoff Pukul 02.00 WIB

Link Live Streaming Everton Vs Liverpool, Kickoff Pukul 02.00 WIB

Liga Inggris
Pengamat Korsel Bahas Beban Besar Timnas Korea Jelang Hadapi Indonesia

Pengamat Korsel Bahas Beban Besar Timnas Korea Jelang Hadapi Indonesia

Timnas Indonesia
Sirkuit Mandalika Sudah Terpesan 200 Hari untuk Even Otomotif

Sirkuit Mandalika Sudah Terpesan 200 Hari untuk Even Otomotif

Sports
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com