Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjual Wisata Bahari Jembatan Suramadu

Kompas.com - 12/03/2010, 14:08 WIB

Oleh Nur Syam

Saya harus menyatakan sejujurnya bahwa saya mengagumi Jembatan Suramadu. Kekaguman itu bukan sesuatu yang mengada-ada, tetapi memang senyatanya Jembatan Suramadu memang indah. Kekaguman itu saya peroleh ketika saya mengikuti acara Paguyuban Rektor PTN se-Jawa Timur pada 24 Februari lalu dan kebetulan penyelenggaranya adalah Universitas Trunojoyo, Bangkalan.

Acara ini memang dikemas dalam bentuk wisata bahari dan dilakukan dengan menggunakan kapal feri yang biasanya digunakan untuk penyeberangan Kamal-Surabaya. Kapal itu secara sengaja dijadikan sebagai transportasi untuk wisata bahari dan sekaligus tempat pertemuan para rektor PTN tersebut.

Saya sudah beberapa kali melewati Jembatan Suramadu, baik siang maupun malam hari. Akan tetapi, sungguh baru beberapa hari yang lalu saya mengagumi keindahan Jembatan Suramadu ketika saya menyeberanginya dengan menggunakan kapal feri tersebut. Warna-warni lampu yang digunakan untuk menghiasi Jembatan Suramadu kelihatan sangat indah, apalagi dipadukan dengan nuansa laut yang tenang, bayangan sinar lampu yang menghias air laut dan juga sinar bulan yang temaram. Saya sungguh menikmati pemandangan yang sangat eksotik ini.

Salah satu ikon

Jembatan Suramadu adalah ikon Jawa Timur, bahkan Indonesia. Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, yang menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan). Dengan panjang 5.438 meter, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Sebagai jembatan kebanggaan Indonesia, pantaslah jika jembatan Suramadu tersebut semakin banyak dikunjungi orang. Hingga dewasa ini, jembatan terpanjang di Asia Tenggara adalah Jembatan Penang di Malaysia.

Jembatan ini pada awal pembangunannya diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003. Kemudian diresmikan penggunaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009. Perkiraan biaya pembangunan jembatan sebesar Rp 4,5 triliun. Mungkin ada di antara kita yang menyatakan bahwa biaya pembangunan jembatan tersebut relatif mahal bagi negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi, sebagai sebuah bangsa yang besar, tentunya harus memiliki ikon yang dapat dibanggakan oleh segenap warga masyarakat. Dan Jembatan Suramadu memenuhi syarat untuk diikonkan.

Jawa Tengah memiliki Candi Borobudur, Jawa Barat memiliki Tangkuban Perahu, Jakarta memiliki Monas dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), maka Jawa Timur selain memiliki Gunung Bromo, juga Jembatan Suramadu.

Ada banyak kegelisahan terkait dengan bagaimana menjadikan kapal feri yang dahulunya menjadi sarana penyeberangan Surabaya-Kamal. Jumlah mereka yang bekerja di sektor ini, mulai pedagang asongan, awak kapal, warung, pengusaha kecil dan sebagainya kira-kira 7.000 orang. Mereka adalah orang yang menggantungkan kehidupannya di sektor kapal penyeberangan. Namun, dengan telah dioperasionalkannya Jembatan Suramadu, sumber ekonomi mereka menjadi berkurang. Oleh karena itu, harus ada upaya agar mereka tetap bisa memanfaatkan sektor usaha di sini. Salah satu di antaranya mendorong wisata bahari.

Di dalam realitas empiris, maka diperlukan kebijakan untuk menjadikan relasi antara Surabaya, Kamal, Bangkalan dan Jembatan Suramadu sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Yaitu bagaimana agar orang yang berkunjung ke Surabaya, kemudian juga memanfaatkan relasi Bangkalan, Jembatan Suramadu sebagai tujuan wisata berikutnya. Bagaimanapun juga ke depan Jembatan Suramadu haruslah menjadi tujuan wisata baru bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Namun, yang perlu didorong adalah agar dirumuskan kebijakan yang memihak Jembatan Suramadu sebagai tempat wisatawan baru.

Di dalam hal ini, jangan hanya mendorong agar orang dapat menyeberangi Jembatan Suramadu dari Surabaya ke Bangkalan. Yang justru mendasar adalah bagaimana menjadikan wisata bahari sebagai bagian penting tujuan wisata tersebut. Wisata bahari merupakan sesuatu yang perlu untuk diekspose sedemikian kuat. Mesir dengan Sungai Nilnya dapat dijual sebagai ikon wisata dan orang merasa belum ke Mesir kalau belum menikmati santap malam di kapal pesiar di Sungai Nil. Maka, juga sangat mungkin menjual keindahan Jembatan Suramadu melalui wisata bahari di malam hari. Oleh karena itu, tidak salah jika dilakukan kajian yang mendasar untuk mendesain bagaimana agar keindahan Jembatan Suramadu dapat dieksploitasi untuk kepentingan wisatawan. Syukur kalau kemudian menghasilkan brand wisata bahwa belum ke Surabaya jika belum menikmati makan malam di wisata bahari Jembatan Suramadu. Wallahu a'lam bi al shawab. Prof Dr Nur Syam MSi Guru Besar Sosiologi dan Rektor IAIN Sunan Ampel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com