Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ottmar Hitzfeld: Punya Sentuhan Emas

Kompas.com - 04/01/2010, 16:55 WIB

PELATIH 60 tahun ini layak dijuluki sebagai Raja Midas, raja yang dapat mengubah segala sesuatu yang disentuhnya menjadi emas. Di tangan Hitzfeld, setiap klub selalu puas karena sentuhannya membuat prestasi klub tersebut naik dan tak pernah menukik tajam.

Bagi Hitzfeld, sepak bola Swiss bukanlah hal baru. Sewaktu muda, Hitzfeld pertama kali menonton pertandingan besar sepak bola di kota Basel. Sejak saat itu ia berjanji kepada ayahnya bahwa kelak ia ingin menjadi pesepak bola.

Cita-citanya itu ia awali dengan menjadi striker di klub kecil di Jerman. Tak lama kemudian, Hitzfeld pindah ke Swiss dan bermain untuk FC Basel sejak 1971. Empat tahun di klub tersebut, ia pun kembali lagi ke Jerman dan membela Stuttgart. Namun, panggilan klub-klub Swiss seolah tak bisa ia tolak. Ia kembali lagi ke negara tersebut dan bermain untuk FC Lugano serta mengakhiri karier di FC Luzern pada 1983.

Usai gantung sepatu, ia tak menganggur lama. Hitzfeld mulai meniti karier sebagai pelatih dengan menangani klub-klub kecil di Swiss. Tahun 1991, mantan guru matematika dan olahraga itu mulai menyanggupi pekerjaan yang lebih besar dengan melatih Borussia Dortmund di Bundesliga.

Tahun pertamanya di Dortmund telah mengatrol posisi klub sebagai runner-up liga. Sebagai konsekuensinya, Dortmund masuk zona Piala UEFA dan diakhiri dengan menjadi finalis turnamen tersebut pada musim 1992/93. Hitzfeld pula yang memberikan gelar kampiun Bundesliga untuk Dortmund selama dua tahun berturut-turut sejak 1995.

Pada 1998, Bayern Muenchen menawarinya tempat di kursi kepelatihan. Hitzfeld sepakat dan membuat perubahan dalam tim. Bayern yang sebelumnya gagal mempertahankan gelar Bundesliga dipermaknya menjadi lebih terorganisir, mungkin karena ia terbiasa dengan ilmu geometri selama menjadi guru matematika. Meski dikenal sebagai penganut setia formasi 4-4-2, Hitzfeld seringkali melakukan perubahan pola permainan di Bayern, termasuk memakai pola 3-4-3.

Tangan dinginnya membuat permasalahan antarpemain tidak terjadi berlarut-larut. Egoisme pemain hilang, tergantikan oleh rasa disiplin tinggi yang diajarkan sang pelatih. Manajemen klub juga tertata rapi dan Hitzfeld pun dijadikan model penanganan bisnis klub sepak bola modern.

Di musim pertamanya itu pula, Hitzfeld menempatkan Bayern di posisi teratas klasemen Bundesliga. Tim itu juga maju ke final DFB Pokal dan Liga Champions, tapi semuanya berakhir dengan kekalahan. Kekalahan di Liga Champions itu sangat menyakitkan karena mereka sudah unggul 1-0 atas Manchester United tapi akhirnya kalah 1-2 di injury time.

Hitzfeld kemudian mempersembahkan dua gelar Bundesliga berikutnya dan meniru prestasi Udo Lattek sebagai pelatih yang pernah membawa "Die Roten" juara Bundesliga tiga tahun berturut-turut.

Sempat berhenti pada 2004, Hitzfeld sempat ditawari melatih timnas Jerman, tapi ia menolaknya. Hitzfeld justru kembali lagi ke "FC Hollywood" pada musim 2007/08. Mengandalkan Luca Toni sebagai bomber, ia lagi-lagi mempersembahkan titel Bundesliga dan bahkan ia barengi dengan juara DFP Pokal.

Hanya setahun ia membentuk kembali skuad Bayern. Di musim panas 2008, ia mundur dan berpindah haluan: menjadi pelatih timnas. Swiss yang sebelumnya hancur lebur saat menjadi tuan rumah Piala Eropa 2008 mulai dipoles dengan sentuhan tangan dinginnya.

Media massa di Eropa pun memuji sikap dan kerjanya di dalam tim. Kekalahan di tangan Luksemburg membuatnya terpacu untuk membuktikan prestasi sebaliknya. Prinsipnya satu: kekalahan merupakan peluang untuk meraih hasil lebih baik. Karena sikapnya itulah, skuad non-favorit seperti Swiss bisa berubah menjadi tim yang memiliki kesatuan yang kuat. "(Sikap) itu telah membuat (Swiss) sebuah tim solid, bekerja keras, efisien, dan berkualitas," tulis media Perancis, Le Temps.

Ya, Hitzfeld telah memberikan sentuhan yang membuat timnas Swiss menjadi tim emas. Semoga di tangannya pula negara tersebut mencapai masa keemasan di turnamen kali ini. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Doa Susy Susanti untuk Indonesia di Final Thomas dan Uber Cup 2024

Doa Susy Susanti untuk Indonesia di Final Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Barcelona Tembak Kaki Sendiri, Xavi Marah

Barcelona Tembak Kaki Sendiri, Xavi Marah

Liga Spanyol
Hasil dan Klasemen Liga Inggris: Arsenal-Man City Pesta, Perburuan Gelar Sengit

Hasil dan Klasemen Liga Inggris: Arsenal-Man City Pesta, Perburuan Gelar Sengit

Liga Inggris
Hasil Sassuolo Vs Inter: Emil Audero Starter, Nerazzurri Kalah dari Tim Degradasi

Hasil Sassuolo Vs Inter: Emil Audero Starter, Nerazzurri Kalah dari Tim Degradasi

Liga Italia
Real Madrid Juara Liga Spanyol Usai Girona Gilas Barcelona 4-2

Real Madrid Juara Liga Spanyol Usai Girona Gilas Barcelona 4-2

Liga Spanyol
Hasil Man City Vs Wolves 5-1: Empat Gol Haaland Meneror Arsenal

Hasil Man City Vs Wolves 5-1: Empat Gol Haaland Meneror Arsenal

Liga Inggris
Hasil Real Madrid Vs Cadiz 3-0, Los Blancos di Ambang Juara Liga Spanyol

Hasil Real Madrid Vs Cadiz 3-0, Los Blancos di Ambang Juara Liga Spanyol

Liga Spanyol
Indonesia ke Final Uber Cup 2024, Tak Ada Kata Mustahil Lawan China

Indonesia ke Final Uber Cup 2024, Tak Ada Kata Mustahil Lawan China

Badminton
Thomas dan Uber Cup 2024, Salut Jonatan untuk Tim Putri Indonesia

Thomas dan Uber Cup 2024, Salut Jonatan untuk Tim Putri Indonesia

Badminton
Indonesia ke Final Thomas Cup 2024, Jonatan Sebut Fajar/Rian Jadi Kunci

Indonesia ke Final Thomas Cup 2024, Jonatan Sebut Fajar/Rian Jadi Kunci

Badminton
Klub Elkan Baggott Ipswich Town Promosi ke Premier League

Klub Elkan Baggott Ipswich Town Promosi ke Premier League

Liga Inggris
Hasil Arsenal Vs  Bournemouth: The Gunners Pesta 3 Gol, Amankan Puncak

Hasil Arsenal Vs Bournemouth: The Gunners Pesta 3 Gol, Amankan Puncak

Liga Inggris
Sejarah 26 Tahun Terulang, Putra-putri Indonesia ke Final Thomas dan Uber Cup 2024

Sejarah 26 Tahun Terulang, Putra-putri Indonesia ke Final Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Indonesia ke Final Piala Thomas 2024, Fajar/Rian Terlecut Prestasi Tim Uber

Indonesia ke Final Piala Thomas 2024, Fajar/Rian Terlecut Prestasi Tim Uber

Badminton
Thomas Cup 2024, Indonesia Tunggu China atau Malaysia di Final

Thomas Cup 2024, Indonesia Tunggu China atau Malaysia di Final

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com